Jakarta, tvOnenews.com - Ketua Indonesia Police Watch (IPW), Sugeng Teguh Santoso menanggapi bantahan AKBP Bintoro, eks Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasat Reskrim) Polres Metro Jakarta Selatan terkait tudingan pemerasan yang dilakukannya.
Adapun, dalam bantahannya itu Bintoro mengatakan bahwa dirinya tidak pernah berkomunikasi dengan tersangka kasus pembunuhan, yakni Arif Nugroho dan Muhammad Bayu Hartanto diduga anak dari pemilik Prodia.
Menanggapi bantahan itu, Sugeng mengatakan, berdasarkan informasi yang diterima IPW dari sumber Perwira Tinggi Polri, AKBP Bintoro melakukan praktik pemerasan itu melalui kuasa hukum tersangka itu.
"Berdasarkan informasi yang diterima IPW dari sumber Perwira Tinggi Polri, terhadap AKBP Bintoro akan dilakukan proses pidana pemerasan dalam jabatan yang termasuk dalam korupsi. Sebab dalam aliran dana tersebut dilewatkan melalui advokat yang diduga kuasa hukum tersangka," ungkap Sugeng Teguh, Minggu (26/1/2025).
Sugeng juga mengungkap fakta baru yang didapat oleh pihaknya, yakni angka pemerasannya bukan senilai Rp20 miliar melainkan Rp5 miliar.
"Bahkan Indonesia Police Watch (IPW) mendapatkan informasi bahwa uang yang mengalir ke AKBP Bintoro dari korban pemerasan pemilik klinik kesehatan Prodia itu hanya sebesar Rp5 miliar. Bukan Rp20 miliar seperti yang telah dirilis IPW sebelumnya," beber Sugeng.
Selain itu, Sugeng juga menyebut bahwa dugaan praktik pemerasan yang dilakukan oleh AKBP Bintoro ini ditandai dengan dimutasinya AKBP Bintoro ke Polda Metro Jaya tanpa jabatan.
Kemudian digantikan oleh AKBP Gogo Galesung dan kasus pembunuhan tersebut kembali diproses.
"Terungkapnya kasus ini karena kasus pidana kematian korban yang ditangani di Polres Jakarta Selatan mandek. Kemudian atas perintah Kapolres Jakarta selatan Kombes Ade Rahmat Idnal diperintahkan ditindaklanjuti untuk diproses dengan diantaranya Kasat Reskrim AKBP Bintoro dicopot dan dipindah tugaskan ke Polda Metro Jaya tanpa jabatan serta digantikan oleh Kasarserse AKBP Gogo Galesung," jelas Sugeng.
"Kemudian, setelah kasus kematian FA tersebut diproses kembali oleh Kasat Reskrim yang baru, maka tersangka yang telah menyerahkan sejumlah uang (informasinya dari internal polisi Rp5 miliar) menjadi kecewa dan menggugat ke pengadilan," tambahnya.
Eks Kasatreskrim Polres Metro Jaksel, AKBP Bintoro bantah telah melakukan pemerasan Rp20 miliar terhadap tersangka kasus pembunuhan yakni Arif Nugroho (AN) alias Bastian dan Muhammad Bayu Hartanto.
Tersangka merupakan anak bos jaringan klinik laboratorium Prodia.
Bantahan itu Bintoro sampaikan langsung di hadapan wartawan di Jakarta, Minggu (26/1/2025).
"Pihak tersangka atas nama AN tidak terima dan memviralkan berita bohong tentang saya melakukan pemerasan terhadap yang bersangkutan. Faktanya, semua ini fitnah,” kata Bintoro.
Bintoro mengatakan, peristiwa ini berawal dari dilaporkannya AN alias Bastian yang telah melakukan tindak pidana kejahatan seksual dan perlindungan anak yang menyebabkan korban meninggal dunia di salah satu hotel Jaksel.
Laporan kasus tersebut teregistrasi dengan nomor LP/B/1181/IV/2024/SPKT/Polres Metro Jaksel dan LP/B/1179/IV/2024/SPKT/Polres Metro Jaksel pada April 2024.
“Pada saat olah TKP, ditemukan obat-obat terlarang dan juga senjata api. Singkat cerita, kami dalam hal ini Satreskrim Polres Metro Jakarta Selatan, yang saat itu saya menjabat sebagai Kasatreskrim melakukan penyelidikan dan penyidikan terhadap tindak pidana yang terjadi,” ungkapnya.
Hingga saat ini, Bintoro menyampaikan, proses perkara telah dinyatakan P21 dan dilimpahkan ke Jaksa Penuntut Umum (JPU) dengan dua tersangka yaitu Arif Nugroho dan Bayu Hartanto beserta barang buktinya untuk disidangkan.
Bintoro menegaskan pihaknya tidak menghentikan perkara yang dilaporkan. Kini, dirinya hingga saat ini masih diperiksa oleh Propam Polda Metro Jaya.
“Handphone saya telah disita guna pemeriksaan lebih lanjut dan saya sampai sekarang masih berada di Propam Polda Metro Jaya,” katanya.
Bintoro menegaskan bahwa tuduhan dirinya menerima uang sebesar Rp20 miliar adalah hal yang sangat mustahil dan tidak benar adanya.
“Saya membuka diri dengan sangat transparan untuk dilakukan pengecekan terhadap percakapan handphone saya, keterkaitan dengan ada tidaknya hubungan saya dengan saudara AN. Karena selama ini, saya tidak pernah berkomunikasi secara langsung dengan yang bersangkutan,” ungkapnya.
Bahkan, Bintoro menyampaikan, pihaknya juga telah menyerahkan data seluruh rekening koran dari bank yang dimiliki.
"Hari ini, saya juga bermohon kiranya dilakukan penggeledahan di rumah saya, di kediaman saya untuk mencari tahu apakah ada uang miliaran rupiah yang dituduhkan kepada saya,” ujarnya.
Bintoro juga mengakui bahwa dirinya saat ini tengah digugat secara perdata di Pengadilan Negeri (PN) Jaksel.
“Namun gugatannya berbeda. Di situ saya dituduh menerima Rp5 miliar tunai dan Rp1,6 miliar secara transfer sebanyak tiga kali ke nomor rekening saya,” katanya.
Selain itu, Bintoro mengungkapkan bahwa dirinya juga saat ini dituduh telah membeli pangkat atau jabatan dari AKBP untuk langsung mendapat Bintang alias menjadi Brigjen.
“Yang faktanya saat ini saya termasuk yang paling terlambat di angkatan saya dalam jenjang karir,” katanya.(rpi/muu)
Load more