Ia menduga, penyebabnya terletak pada persoalan mentalitas individu personel yang rapuh, hingga memicu tindakan ekstrem seperti penembakan antaranggota.
"Pragmatisme dan materialisme yang berkembang di tubuh kepolisian menjadi faktor dominan. Gaya hidup hedonis yang dicontohkan oleh elit sering kali ditiru oleh bawahan, memaksa mereka mengikuti gaya hidup atasan," ungkap Bambang.
Menurutnya, budaya materialistik tersebut juga memengaruhi pola pengambilan keputusan di kepolisian, yang cenderung mengutamakan keuntungan materi ketimbang etika.
Akibatnya, aturan kerap diterobos demi akumulasi kekayaan, termasuk melalui praktik menjadi beking usaha ilegal, seperti tambang, logging, fishing, hingga judi daring.
"Fenomena ini hanya menambah deretan kasus kematian internal di kepolisian akibat konflik antaranggota," tambahnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Humas Polda Sumatera Barat (Polda Sumbar), Kombes Pol Dwi Sulystiawan, mengonfirmasi kejadian tersebut dan menyatakan bahwa kasusnya masih dalam tahap penyelidikan.
Namun, hingga kini Polda belum memberikan informasi rinci terkait motif dan pemicu penembakan.
Load more