"Jadi kalau otodidak bisa? Ya, bisa tapi waktunya lebih lama. Tapi kalau orang yang masuk ke sekolah tinggi seni dia akan dipercepat dengan Pendidikan itu,” kata Ira.
Ira menekankan bahwa kreativitas perlu dilatih mengingat kemampuan orang akan stagnan jika tak ada pengembangan diri.
“Untuk meningkatkan tadi kreativitas perlu juga skill yang lebih banyak,” tambah Ira.
Ira mencontohkan produk keramik yang ada di Kiaracondong, yang menurutnya sudah turun temurun diproduksi dan sudah ada pasarnya, namun sayangnya sampai sekarang masih stagnan belum bisa naik ke pasar internasional.
“Untuk naik ke tingkat internasional, itu kan nantinya perlu akademisi masuk. Terus bentuknya kalau ingin selera luar negeri harus kreatif ya bagaimana dia melihat antara Eropa, Amerika atau Australia kan beda melihat visualnya beda, ketertarikannya berbeda," kata Ira.
"Jadi memang perlu orang yang memang dilatih untuk melihat visi ke depan dan itu ada di perguruan tinggi yang melatihnya,” beber Ira.
Ira tak menampik bahwa kuliah jurusan seni ini masih dianggap sebelah mata oleh sebagian orang.
Berbeda dengan jurusan lain seperti teknik, bisnis, akuntansi, dan ekonomi.
Ira menilai orang yang masih memiliki stigma pendidikan dalam seni tidak penting adalah orang yang wawasannya masih kurang.
Karena bagaimanapun sekolah seni tidak hanya mengajarkan kerajinan tangan saja, lebih dari itu banyak hal yang dipelajari seperti belajar bagaimana menyampaikan pesan melalui visual.
“Misal produk-produk craft gitu ya. Artinya Ketika kita melihat misalnya tas kulit. saya ingin kesannya maskulin, kesannya feminism, kesannya elegan," kata Ira.
"Itu kan bahasa kata dari verbal terus kita terjemahkan dalam buat artefak yang visual. Itu kan orang harus belajar ya gitu. Jadi tidak senaif apa yang digambarkan,” kata Ira.
Load more