Peneliti BKMP UNAIR Lakukan Penelitian dalam Pemberdayaan Perempuan di Sektor Pertanian
- Istimewa
Meskipun kontribusi perempuan di sektor pertanian tidak terbantahkan, sebagian besar perempuan petani tidak mencantumkan petani/pekebun pada kolom pekerjaan di KTP mereka.
Salah satu peneliti, Rumayya, SE., M.Reg. Dev., Ph.D. dalam diseminasi yang dihadiri oleh akademisi menyatakan, di Garut dan Kolaka, lebih dari 87% perempuan petani memilih mengurus rumah tangga sebagai pekerjaan di KTP.
Persentasenya menurun di Probolinggo, yakni mencapai 75%.
Untuk Lahat, persentasenya jauh lebih rendah, yakni sebanyak 41%.” Jika ditelaah lebih mendalam, persentase tersebut bisa menjadi indikasi banyak perempuan petani yang belum menyadari pentingnya peran mereka dalam pertanian.
Keterlibatan dalam organisasi menjadi isu spesifik bagi Kabupaten Probolinggo.
Keikutsertaan perempuan petani Probolinggo di kelompok tani jauh lebih rendah dibanding ketiga lokus penelitian lainnya.
Terungkap pula isu lain di Garut, yakni frekuensi bantuan untuk kelompok tani yang dirasa masih jarang diterima oleh perempuan petani.
Tak berbeda dengan Garut, perempuan petani di Kolaka menyatakan, bantuan yang paling dibutuhkan selain akses bibit dan pupuk adalah pelatihan dan akses informasi usaha tani.
Di Lahat, hampir 94% responden menyatakan pernah mengalami kerugian.
Selaras dengan fakta tersebut, persentase perempuan petani Lahat yang menyisihkan hasil panen untuk ditabung, paling rendah dibandingkan rata-rata nasional.
Untuk Kolaka, tantangan yang dihadapi oleh perempuan petani berasal dari kondisi eksternal, seperti akses bibit serta seringnya mengalami kerugian karena anjloknya harga komoditas pertanian.(lkf)
Load more