Daerah Istimewa Yogyakarta - Mungkin tidak pernah tebersit di benak manusia akan ada gerakan untuk menyumbangkan peti mati. Namun, itu benar-benar terjadi di masa pandemi Covid-19. Sejumlah relawan di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyumbangkan peti mati untuk Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito dan RS Akademik (RSA) Universitas Gadjah Mada (UGM).
Saat ini, pihak RS memang membutuhkan peti mati untuk menguburkan jenazah dengan protokol Covid-19.
Beberapa hari belakangan, DIY mencatatkan angka kematian akibat Covid-19 cukup tinggi. Setiap hari, setidaknya ada 30—50 orang yang meninggal terkonfirmasi positif virus corona.
Donasi peti mati ini diinisiasi oleh relawan alumni aktivis Gelanggang Mahasiswa UGM yang bergerak sejak lima hari belakangan.
“Beberapa hari lalu, ide ini muncul setelah mendengar krisis peti jenazah di RS Sardjito,” ungkap Herlambang Yudho, salah satu relawan alumni Gelanggang Mahasiswa UGM.
Produksi ini dipimpin oleh Capung Indrawan, salah satu relawan, meski dia tak punya pengalaman membuat peti jenazah.
Hati Capung terketuk untuk berbuat sesuatu untuk Yogyakarta. Apalagi, pemberitaan tentang banyaknya orang yang meninggal karena Covid-19 cukup gencar di media massa. Otomatis, kebutuhan untuk peti jenazah pasti meningkat.
“Kami merasa prihatin, jenazah yang sudah disucikan atau dimandikan, harus menunggu sekian jam untuk bisa dimakamkan. Tenaga kesehatan yang mengurusi jenazah, tentu saja akan lebih terbebani, sementara risiko terinfeksi juga besar. Kami sekadar ingin memperingan beban-beban ini,” ungkapnya.
Dengan tekad kuat, Herlambang, Capung, dan kawan-kawan berupaya untuk membuat contoh satu peti mati terlebih dahulu.
Mereka awam dalam pembuatan peti mati, sehingga dua tukang ahli pun diikutkan dalam proses produksi.
“Sore ini, kami sudah buat 15 peti. Mungkin besok bisa lebih, tergantung dana dan ketersediaan bahan,” jelas Herlambang.
Kegiatan kerelawanan ini menunjukkan masih banyak orang peduli di Yogyakarta.
Meski begitu, Herlambang dan relawan tetap ingin segera berhenti dari membuat peti mati. Bukan berarti tidak ingin membantu RS. Hanya, jika terus-terusan membuat, artinya ada banyak orang yang pergi meninggalkan dunia di masa pandemi Covid-19.
“Kami berharap langkah kami ini hanya sebentar, yang berarti korban meninggal karena Covid-19 segera turun,” pungkas Herlambang. (andri/yfy/act)
Load more