Kota Malang, tvOnenews.com - Pengadilan Negeri (PN) Kepas 1 Malang menggelar sidang dengan agenda vonis terhadap pemelihara ikan predator Arapaima Gigas di ruang Garuda dengan terdakwa Piyono (61).
Dia merupakan warga Jalan Sawojajar XI, RT 02/RW 06, Kelurahan Sawojajar, Kecamatan Kedungkandang, Kota Malang, Senin (9/9/2024).
Terdakwa Piyono divonis 5 bulan penjara dan uang denda sebesar Rp5 juta rupiah subsider 1 bulan kurungan.
Pantauan awak media, tampak terdakwa meluapkan emosi usai mendengar putusan yang dibacakan Majelis Hakim I Wayan Eka Mariarta.
"Tidak ada yang saya rugikan, malah saya yang rugi. Saya yang memelihara ikan dari tahun 2008. Bayangkan sampai sekarang ikannya utuh. Orang memelihara itu, ikannya itu hanya tambah besar, tidak menjadi banyak. Jadi untuk berisiko yang keluar seperti yang dikatakan dalam undang-undang merugikan siapa itu? Nol," kata Piyono.
“Saya tidak bisa apa-apa dan menerima apa adanya. Dan memang orang di sini ini tidak bisa berbuat apa-apa. Tolong undang-undang itu ditujukan ke masyarakat biar mengetahui. Saya ini ibaratnya ikan kecil yang sudah di mulutnya, aligator ini sudah di mulutnya, iya tidak bisa apa-apa kecuali belas kasihan dari Pak Hakim. Ini mau dikunyah, mau ditelan, sekarang habis," terangnya.
"Ternyata saya merasa jadi penjahat. Jadi penjahat. Secara tidak langsung jadi penjahat di penjara. Ini terasa di dalam hati saya seperti itu," sambung dia lagi.
Terdakwa pemelihara ikan predator asal Sawojajar Malang luapkan emosi usai JPU PN Malang vonis hukuman 5 bulan. Dok: Edi Cahyono-tvOne
Jaksa Penuntut Umum (JPU) Kejari Kota Malang Su'udi mengaku bahwa vonis ini sudah memenuhi keadilan.
Dimana sebelumnya JPU menuntut terdakwa dengan hukuman penjara 8 bulan subsider 2 bulan.
"Kami menganggap putusan ini sudah memenuhi keadilan dan kalau dicek sudah termasuk ringan kalau menurut kami," ujar Su'udi, Senin (9/9/2024).
Menanggapi soal keberatan dimana terdakwa tak pernah merasa mendapat sosialisasi terkait aturan ini, Sa’udi mengatakan dalam aturan yang sudah dikeluarkan oleh negara, masyarakat secara luas dan keseluruhan dianggap tahu.
"Memang aturan sudah ada dan setiap aturan yang dikeluarkan dianggap tahu. Sehingga, ya perbuatan ini tetap melanggar hukum," tegasnya.
Dia menyebut masa hukuman Piyono pun juga sudah berkurang. Dimana sebelumnya selama proses Piyono sudah ditahan sekitar 1 bulan lebih.
"Artinya tinggal 4 bulan saja. Sebentar lagi," kata dia.
Sementara itu, Kuasa Hukum Piyono, yakni Guntur Putra Abdi mengaku cukup kecewa dengan putusan majelis hakim.
"Putusan ini terlalu memberatkan di keluarga juga bahwasannya kita juga sudah mengajukan putusan bebas atau seringan-ringannya percobaan. Sehingga, terdakwa hanya wajib lapor," ujar Guntur.
Terdakwa yang mendengar putusan tersebut pun sempat meluapkan emosinya. Sebab, dia merasa tak bersalah dan tak tahu akan aturan tersebut.
Dimana Piyono terbukti melakukan tindak pidana perikanan, yakni Pasal 88 Jo Pasal 16 ayat (1) UU RI Nomor 31 Tahun 2024 tentang Perikanan Jo PERMEN-KP RI Nomor 19/PERMEN-KP/2020.
"Terdakwa tadi sempat emosi dengan adanya ini karena terdakwa berpendapat tidak bersalah karena dia memelihara sebelum adanya undang-undang," ungkapnya.
Di sisi lain, yang memberatkan terdakwa tentunya soal memelihara. Pada kenyataannya terdakwa memang memelihara, tapi tak membudidayakannya sejak dibelinya di tahun 2008 silam.
"Terdakwa memelihara dari 2008 lalu dan hanya memelihara. Tidak menambah dan tidak merusak ekosistem. Kemudian banyak juga yang menjual dan tidak adanya sosialisasi dari pihak terkait masalah ikan ini," jelasnya.
Dengan adanya putusan ini, Guntur segera melakukan koordinasi dengan pihak keluarga untuk menentukan langkah selanjutnya setelah adanya putusan.
"Kita koordinasi dengan keluarga langkah apa yang bisa kita lakukan agar hukuman selesai," tukasnya. (eco/nsi)
Load more