Ada Kabar Buruk, Gempa Megathrust dan Sesar Lembang Menghantui, Semua Warga Indonesia Diminta Harus Waspada
- Istimewa
Hal itu telah dilakukan Tagana terhadap warga 1.132 Kampung Siaga Bencana yang didirikan Kemensos di seluruh Indonesia.
"Untuk Mentawai, ketika sudah siap (peta dan kampung siaga bencana), paling tidak targetnya masyarakat sudah paham bagaimana teknik evakuasi diri secara mandiri," ujar Mensos Risma.
Posko-posko untuk tempat pengungsian warga saat terjadi bencana juga akan dipersiapkan sejak dini oleh tim tersebut.
Menurut Mensos, bila sebelumnya posko itu terpusat di kantor gubernur, bupati, dan camat, tapi saat ini lokasinya disiapkan menyebar nyaris di setiap kampung.
Tujuannya mempersingkat waktu pendistribusian bantuan kepada warga yang dilanda bencana, sekaligus mempercepat upaya pemberian pertolongan jika terjadi eskalasi kondisi di lapangan.
Termasuk, lanjutnya, skema pendirian tenda darurat yang dilengkapi dapur-dapur umum juga mulai disiapkan Tagana Kemensos.
"Jadi tidak bisa lagi model seperti dulu, tersentra gitu. Tersentra, misalkan di kantor kabupaten atau di provinsi. Karena kadang satu kecamatan saja, di dalam satu kabupaten itu butuh 2-3 jam. Menangani korban bencana itu harus cepat," jelas Mensos Risma.
Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG melaporkan Indonesia dikelilingi 13 zona megathrust berdasarkan peta sumber bahaya gempa (PuSGen) pada tahun 2017.
Megathrust ini merupakan zona pertemuan antar-lempeng tektonik bumi yang berpotensi memicu gempa kuat dan tsunami.
Dari 13 zona, aktivitas zona megathrust segmen Selat Sunda dan segmen Mentawai-Siberut masih menjadi ancaman bahaya terbesar yang dapat terjadi sewaktu-waktu karena dari dua segmen tersebut sudah ratusan tahun belum pernah terjadi gempa besar menurut catatan BMKG.
Zona megathrust segmen Mentawai-Siberut di barat Sumatera, sementara segmen Selat Sunda sebagian terbentang di Selatan Jawa-Bali, sementara zona megathrust.
Seismic Gap Megathrust (SGM) Mentawai-Siberut potensi 8,9 magnitudo dan Selat Sunda potensi mencapai 8,7 magnitudo.
Oleh karena itu para ilmuwan, termasuk BMKG terus menggencarkan pentingnya upaya mitigasi kepada pemerintah pusat, daerah dan masyarakat karena bencana tersebut tinggal menunggu waktu saja.(iah/lkf)
Load more