Mengintip Tradisi Lokal Bali, Subak dan Jalur Rempah Bakal Dikenalkan ke Forum WWF
- BPMI Setpres-Muchlis Jr.
"Peserta nanti akan memperoleh wawasan tentang bagaimana pengetahuan tradisional dapat menawarkan solusi efektif untuk mengatasi tantangan global kontemporer," ungkap Irini.
Selanjutnya, hasil dari sesi ini adalah untuk mengkatalisasi aksi dan kolaborasi dalam memanfaatkan sistem Subak dan warisan Jalur Rempah sebagai solusi terhadap tantangan air kontemporer, sekaligus memastikan pelestarian warisan budaya dan pemberdayaan masyarakat lokal.
Kearifan lokal tak tergantikan
Sesi ini tidak hanya memberikan tampilan informatif tetapi juga melibatkan audiens melalui beragam format.
Mulai dari dari pemutaran film dokumenter, lokakarya mini, presentasi kuliner, pameran produk kerajinan, dan teknik pemetaan video untuk menyampaikan secara visual konsep filosofis Subak dan Jalur Rempah dalam pameran "TELU"
Dalam kehidupan masyarakat Bali, dua kearifan lokal ini telah menjadi ciri khas yang tak tergantikan.
Manajemen air melalui subak dan penggunaan rempah-rempah dalam kehidupan sehari-hari.
Sejak zaman dahulu hingga kini, keduanya tetap lestari, menjadi tulang punggung budaya Bali yang kaya.
Mengambil langkah pertama menuju penjelajahan yang mendalam terhadap kekayaan budaya Bali, TELU hadir sebagai titik temu harmoni dan warisan.
TELU, yang bermakna "tiga" dalam bahasa Bali, tidak hanya mencerminkan filosofi Tri Hita Karana yang mendalam, melainkan juga menghidupkan kembali kearifan kuno melalui serangkaian pengalaman yang memikat.
Menulusuri Pasar Rempah pada jalur rempah-rempah kuno, TELU mengajak kita untuk menyingkap kenikmatan aromatik di Pasar Rempah.
Melalui seni yang dinamis, TELU mengungkap jiwa Bali.
"Ini merupakan perjalanan yang tak terlupakan menuju jantung budaya Bali di TELU, di Museum Pasifika Nusa Dua Bali. Momen ini sebagai langkah awal untuk memahami dan menghargai kekayaan budaya Bali yang tak ternilai harganya," tuturnya.(lkf)
Load more