Jakarta, tvOnenews.com - Pengakuan sopir Putera Fajar, Sadira soal kecelakan Bus SMK Lingga Kencana di Subang, Jawa Barat, mendapat perhatian serius dari Kompolnas.
Komisioner Kompolnas Irjen (Purn) Pudji Hartarto membongkar fakta mengejutkan terkait kondisi sopir bus Putera Fajar, yang mengalami kecelakaan di Ciater, Subang, Jawa Barat.
Menurutnya, bukan perosalan rem blong yang mesti ditelusuri lebih lanjut.
Dia menegaskan pihak bertanggung jawab terkait peristiwa nahas itu ialah sopir bus.
Menurutnya, sopir bus juga mesti memiliki kemampuan yang baik mulai dari mengemudi hingga mengetahui kondisi kendaraannya.
Namun, Pudji mengaku mendapatkan fakta bahwa sopir bus itu baru kali pertama mengemudikan kendaraannya.
"Saya temui tadi pagi itu ternyata dia baru pegang mobil bus itu. Jadi, belum menguasai betul. Dia belum paham betul karakter dari kendaraan itu sendiri. Itu juga penting," jelasnya dalam wawancara dengan tvOne, Senin (13/5/2024).
Pudji menjelaskan kondisi itu bisa memengaruhi psikologis sopir bus, karena baru kali pertama mengendari kendaraan tersebut.
Meski sudah berpengalaman, dia mengatakan sopir bus juga mesti paham soal kondisi kendaraan yang dikendarainya.
"Dari cerita dia, ada kepanikan itu ketika bus hilang kendali saat menginjak rem tidak ada anginnya," kata dia.
Menurutnya, sopir bus jika tidak panik, bisa menggunakan rem tangan saat kejadian tersebut.
Namun, dia mengatakan dari pengakuan sang sopir, dirinya hanya mencari jalan darurat saat turunan.
Menurut Pudji, keadaan sopir dan kendaraan juga mesti diperhatikan seusai tragedi maut itu.
"Kita harus melihatnya secara komprehensif ya kalau saya melihat di sini harus melihat dari mulai hulu sampai dengan hilir. Hulunya dari berkaitan dengan masalah bagaimana kalau sebagai kendaraan angkutan umum itu harus KIR. Nah, berarti pelaksanaan dari KIR itu sendiri harus profesional harus betul-betul bisa dipertanggungjawabkan," kata Pudji dalam wawancara dengan tvOne, Senin (13/5/2024).
Pudji menjelaskan masalah selanjutnya ialah soal pihak pengusaha bus yang mesti mengerti terkait kendaraan angkut tersebut.
Dia mengatakan pihak pengusaha seharusnya melakukan pengecekan internal, meski telah diperiksa pihak pemerintah.
"Pengecekan internal itu akan lebih baik, sehingga tidak mengandalkan daripada pemerintah," jelasnya.
Sebelumnya, sopir bus pariwisata, Sadira mengatakan di tengah jalan mulai menyadari bahwa ada masalah pada bus yang dikendarainya.
Berawal dari hari Jumat (10/5/2024) saat rombongan SMK Lingga Kencana berangkat dari Depok menuju Bandung.
"Hari Jumat saya langsung menuju ke Alun-alun Bandung. Dari Alun-alun Bandung langsung nginap di Cihampelas. Masih normal-normal aja busnya," kata Sadira, diwawancarai tvOne, Minggu (12/5/2024).
Setelah dari Cihampelas, rombongan kemudian melanjutkan perjalanan ke Depok.
Namun, sebelumnya juga akan pergi ke Tangkuban Perahu. Mulai dari situlah, Sadira merasakan ada yang tidak beres pada bus yang dikendarainya.
Dia menjelaskan, bagian rem pada bus terasa tidak beres. Oleh karena itu, dia segera menghubungi montir dari rest area.
"Dikirimkan montir agar stabil kembali. Nah, dari situ ya kita kembali turun untuk mengarah ke Depok. Kan udah disetel kan sama montir, ya aman," kata Sadira.
Adapun, Kakorlantas Polri Irjen Pol Aan Suhanan menyatakan bahwa tempat kejadian perkara (TKP) bus terguling di Jalan Raya Kampung Palasari, Kecamatan Ciater, Kabupaten Subang, merupakan jalur rawan kecelakaan (blackspot).
“Lokasi ini adalah blackspot, sering terjadi kecelakaan di sini,” kata Aan saat meninjau olah TKP di lokasi kejadian di Subang, Minggu.
Aan menyebut pihaknya akan menggelar Focus Group Disscusion (FGD) bersama instansi terkait untuk memberi rekomendasi kepada pemerintah daerah setempat guna mencegah kejadian serupa terjadi di kemudian hari.
"Rekomendasi termasuk masalah rekayasa lalu lintas, penambahan rambu, atau mungkin seperti mana, (jalur) Emen ada diperlebar dan sebagainya, itu semua akan kita tuangkan," katanya.
Dia mengatakan berdasarkan hasil sementara dari olah tempat kejadian perkara (TKP), pihaknya tidak menemukan jejak rem di lokasi kecelakaan bus terguling.
"Jadi kalau kami lihat dari TKP yang ada, ini tidak ada jejak rem dari bus tersebut. Yang ada itu bekas ban, satu bagian, diduga itu ban kanan, ada beberapa meter di situ. Kemudian sampai akhir titik kejadian di depan sana menabrak tiang listrik," kata Aan saat meninjau olah TKP di lokasi kejadian di Subang, Minggu.
Dirinya menduga bahwa kecelakaan bus tersebut diakibatkan oleh kegagalan pada fungsi rem dari bus tersebut sehingga oleng ke kanan hingga menabrak kendaraan mobil dari arah berlawanan.
Menurut dia, tidak adanya jejak rem bus yang terguling tersebut harus diselidiki lebih lanjut. Selain rem blong, ada kemungkinan pengemudi panik saat peristiwa maut itu terjadi.
"Ini tidak ada jejak rem sama sekali. Artinya, ini perlu kamu selidiki ya. Kenapa tidak ada jejak rem, apakah remnya tidak berfungsi atau pengemudi panik dan sebagainya," kata dia.
Menurut dia, Kepolisian sampai saat ini belum dapat melakukan pemeriksaan terhadap sopir bus Trans Putera Fajar yang diketahui dikemudikan sopir berinisial SAD karena kondisi sopir tersebut masih belum stabil.
"Sopir kondisinya masih belum stabil ya, tadi kita lihat di sana belum stabil, sehingga kita belum bisa diambil keterangan secara menurut baru investigasi saja, interogasi saja, jadi secara verbal ini belum diminta keterangan," katanya.
Oleh karena itu, Aan menyebut pihaknya masih belum dapat menyimpulkan penyebab pasti kecelakaan. Saat ini Polisi masih melakukan olah TKP dan pemeriksaan terhadap saksi-saksi.
"Kita belum bisa menyimpulkan, tentu dari hasil penyelidikan ini nanti bisa ditentukan apakah ini human error, apakah ini karena kendaraannya, karena teknis," kata Aan.(lgn)
Load more