Jakarta, tvOnenews.com - Ibu korban penganiayaan taruna di Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP), Nengah Rusmini mengungkapkan kekecewaannya terhadap keluarga tersangka yang telah menghabisi sang anak.
Anaknya bernama Putu Satria (19) harus meninggal karena menjadi korban penganiayaan oleh senior saat sedang menempuh pendidikan di STIP.
Sejauh ini, polisi telah menangkap empat tersangka penganiayaan yang merupakan senior korban di STIP.
Diduga, empat tersangka itu bekerja sama untuk melakukan penganiayaan kepada korban.
Alasan para senior itu menganiaya Putu hanyalah karena masalah sepele, yakni korban salah menggunakan pakaian olah raga saat masuk ke kelas.
Bolak-balik, korban dipukuli hingga banyak lebam. Akhirnya pukulan itu berakibat fatal dan menyebabkan Putu kehilangan nyawanya.
Jenazah Putu Satria telah dilakukan upacara Ngaben pada Jumat (10/5/2024), dihadiri ratusan warga dan keluarga besar.
Meski demikian, kepergian sang anak masih menyisakan kepiluan mendalam bagi sang ibu.
Nengah Rusmini juga merasa kecewa karena hingga saat ini keluarga tersangka tidak ada yang mendatanginya untuk minta maaf.
Bahkan, ia masih belum mengetahui wajah keluarga para taruna yang telah menyebabkan anaknya meninggal.
"Sampai sekarang saya wajahnya saja belum tahu, keluarganya, ibunya, ayahnya, atau mungkin keluarga besarnya," kata Rusmini pada wartawan, Kamis (9/5/2024) lalu.
"Sama sekali tidak ada permintaan maaf ke keluarga kami," kata dia menambahkan.
Sebelumnya, Rusmini juga sempat ditemui Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi yang menyampaikan rasa dukanya.
Di hadapan Menhub, Rusmini menangis sambil meminta keadilan bagi anaknya.
Ia menceritakan kondisi putranya yang babak belur kepada Menhub.
"Hidungnya berdarah, bibirnya sampai hancur," kata dia.
Sejak awal, ia yakin pelaku penganiayaan anaknya tidak mungkin hanya satu orang.
"Saya mohon dukungan media juga untuk terus mengawal, sehingga keluarga kami mendapat keadilan yang seadil-adilnya biar kematian anak saya nggak sia-sia," kata Rusmini. (iwh)
Load more