Ekonom Margono Djojohadikoesoemo, Kisah Heroik Kakek Prabowo Pimpin Pertempuran Perbankan Lawan NICA
- facebook/PrabowoSubianto
BNI Jadi Bank Sentral
Penghidupan kembali De Javasche Bank (DJB) oleh NICA bertujuan untuk mengacaukan sistem ekonomi dalam negeri.
DJB bakal difungsikan Belanda untuk mencetak dan mengedarkan uang buatan mereka, serta melemahkan rupiah. Akibatnya, urgensi pendirian bank sentral baru semakin besar.
Pada saat bersamaan, kakek dari Prabowo Subianto ini memang sudah gerak cepat untuk merealisasikan gagasannya.
Margono mendapat restu dari Soekarno dan Hatta untuk mendirikan bank nasional buatan rakyat Indonesia bernama Bank Negara Indonesia sejak September 1945.
Saat itu, Margono juga ditugasi untuk mengurusi yayasan perbankan milik negara bernama Yayasan Poesat Bank Indonesia.
Tidak menunggu lama, pada 5 Juli 1946, pemerintah resmi mendirikan Bank Negara Indonesia (BNI) sebagai bank sentral berdasarkan Perpu No. 2 tahun 1946.
Selain tugasnya sebagai bank sentral, BNI juga diberi wewenang untuk melakukan kegiatan sebagai bank umum, seperti pemberian kredit, penerbitan obligasi, dan penerimaan simpanan giro, deposito, atau tabungan.
Pemerintah kemudian menunjuk Margono Djojohadikoesoemo sebagai pemimpinnya.
BNI Bertekuk Lutut
Di masa-masa sulit, tak mudah bagi Margono Djojohadikoesoemo untuk memimpin bank baru karena harus memimpin pertempuran di sektor ekonomi melawan De Javasche Bank (DJB).
Saat itu, DJB semakin ekspansif ke seluruh negeri. Dia menyebarkan mata uang NICA ke pelosok Indonesia. Tak mau kalah, BNI juga mengeluarkan uang dengan nama Oeang Republik Indonesia (ORI).
Alhasil, timbul peperangan mata uang atau currency war, sekaligus memunculkan dualisme bank sentral di Indonesia.
Di lapangan, pertempuran melawan Belanda semakin panas. Banyak wilayah yang dijajah kembali Belanda.
Akibatnya, tugas BNI sebagai bank sentral tidak optimal. BNI tidak mampu berbuat apa-apa karena operasionalnya mandek. Di daerah banyak cabang BNI yang tutup dan kekayaannya dirampas Belanda.
Kekuatan Belanda pada akhirnya sukses menekuk lutut BNI.
Hingga akhirnya, pertempuran dua bank sentral ini benar-benar selesai pada 1949.
(Lukisan Margono Djojohadikoesoemo. Sumber: Perpusnas RI)
Setelah itu, BNI mulai aktif kembali. Namun, pada 1953 tugas BNI sebagai bank sentral memudar usai pemerintah mengambil alih DJB dan mengubahnya menjadi Bank Indonesia (BI).
Load more