Jumlah ini menjadi yang tertinggi di Indonesia dibandingkan dengan propinsi lainnya. RK menjelaskan, tingginya jumlah dana investasi yang masuk tak lepas dari sikap proaktif yang ia tunjukkan sebagai gubernur untuk mempromosikan Jawa Barat ke banyak negara.
"Rezeki itu harus dijemput bukan ditunggu. Ibarat jaga warung, jika hanya menunggu pelanggan datang maka ekonomi tidak jalan. Kami melakukan politik ketok pintu. Bayangkan saja sepedaan dan motoran dengan banyak dubes, sampai tukeran batik dengan Dubes Korea," urainya.
RK menambahkan, ia bahkan harus keliling dunia untuk menawarkan peluang investasi dengan membawa buku khusus soal project investasi berikut harganya.
"Itulah kenapa investasi Jawa Barat jadi nomor satu karena kita ketok pintu. Saya selalu bawa buku "menu". Misalnya buka halaman enam, ada proyek rumah sakit dan ini harganya. Proaktif dan ketok pintu. Rezeki harus dijemput, cuma sistemnya belum mendukung," terangnya.
Sistem yang dimaksud tersebut, lanjut RK, adalah selama ini banyak kebijakan yang harus menunggu arahan dari pemerintah pusat soal kerja sama investasi dengan negara lain. Padahal peluang kerja sama tersebut harusnya bisa dilakukan dari daerah sendiri secara proaktif.
"Saya sudah pernah bilang ke Bu Menlu, tolong kami dikasih diplomat, pegawai Kemenlu tapi ngantornya di Gedung Sate, tapi tidak diiyakan. Akhirnya saya harus keliling dunia," pungkasnya. (Andri Prasetiyo/Buz).
Load more