Lampung Tengah, tvOnenews.com - Kisah pilu dialami Febriani, gadis belia berusia 18 tahun di Desa Gunung Agung, Kecamatan Terusan Nyunyai, Kabupaten Lampung Tengah. Sejak lulus sekolah menengah atas (SMA), ia harus berjuang keras menjadi pemulung singkong agar bisa menebus ijazahnya yang masih ditahan pihak sekolah karena menunggak pembayaran SPP sebesar Rp6,7 juta.
Febriani tidak sempat nikmati masa muda usai lulus SMA karena harus berjibaku melawan kerasnya tuntutan ekonomi demi menyambung hidup untuk kedua adik dan ayahnya yang sedang sakit.
Gadis asal Lampung Tengah itu bekerja sebagai pemulung singkong, demi menafkahi keluarganya lantaran ayahnya Usman (41) menderita kelenjar getah bening di leher.
Kenyataan hidup itu dilakoninya setiap hari. Dengan penuh perjuangan ia mengumpulkan satu persatu singkong dengan cangkulnya dari sisa panen di kebun orang lain. Singkong yang di dapat kemudian dijual ke pelapak dan dalam sehari Febriani bisa mendapatkan uang hingga Rp20 ribu.
"Ijazahnya masih di sekolah dan belum ditebus. Ijazahnya tidak bisa diambil karena uang sekolahnya belum lunas sebesar Rp6.700.000 lagi," kata Febriani, Kamis (31/8/2023).
Febriani mengaku sudah melamar pekerjaan sebagai pegawai toko, namun ditolak lantaran tidak memiliki ijazah SMA sebagai syarat untuk melamar pekerjaan. "Udah pernah melamar di toko, tapi harus pakai ijazah," ucapnya.
Meski kerap mengalami kelelahan bekerja sebagai pemulung singkong, namun Febriani mengaku harus menafkahi hidup ayah dan adiknya. Ia pun bertekad ingin membahagiakan keluarga tercintanya.
"Pengen lebih baik lagi. Pengen hidup lebih layak lagi dari ini. Pengen membahagiakan ayah. Pengen adik-adik sukses dan tidak merasakan hidup susah seperti ini," tutur Febriani dengan nada sendu.
Febriani menimbang singkong. (tim tvOne/Pujiansyah)
Febriani dan keluarganya tinggal di sebuah rumah yang tidak layak huni. Dulu, ayahnya sempat kerja sebagai sopir angkot di Lampung Tengah. Namun, kini tidak sanggup lagi karena penyakit yang dideritanya semakin parah sejak dua tahun terakhir, sehingga tidak bisa keluar rumah.
Selain sang ayah tak bisa mencari nafkah, sang ibu bernama Fitriyani (37) pergi meninggalkan keluarganya tahun 2022 lalu menikah lagi dengan laki-laki lain. Dari hasil bekerja sebagai pemulung singkong, ia hanya mendapatkan penghasilan Rp20 ribu per hari untuk membantu ayah dan adik-adiknya yang masih sekolah.
Sementara Umar (41), ayah dari Febriani masih tergolong muda. Namun bengkak di lehernya membuat dirinya tidak dapat kerja keras seperti dulu. Walau hatinya pedih harus membiarkan putrinya bekerja bersama pamannya, tapi apalah daya cuma dialah satu-satunya harapan keluarga.
"Sebenarnya saya tidak tega melihat anak gadis harus bekerja, namun keadaan saya tidak memungkinkan untuk mencari nafkah," ucap Umar.
Umar mengaku penyakit yang dideritanya sejak 4 tahun lalu itu semakin parah. Ia pun sempat periksa ke dokter dan dinyatakan menderita kelenjar getah bening di leher. "Saya tidak memiliki kemampuan dan hanya bisa pasrah kepada Allah," tuturnya.
Umar mengungkapkan bahwa uang komite sekolah anaknya selama 3 tahun sebesar Rp9 juta, baru membayar Rp3 juta dan sisanya Rp6,7 juta. "Saya tidak mampu melunasi uang komite sekolah anak sehingga pihak sekolah masih menahan ijazahnya," ungkapnya. (puj/wna)
Load more