Skala korupsi yang terjadi juga semakin di luar nalar. Gubernur Papua non aktif Lukas Enembe yang kini ditahan KPK, selama 2019 hingga 2022 diduga menggunakan dana operasional hingga mencapai Rp 1 triliun setiap tahunnya. Setelah ditelisik, hanya untuk makan dan minum saja Lukas setiap hari menghabiskan Rp 1 Miliar.
Seorang mantan menteri yang kini jadi tersangka kasus korupsi pemancar BTS 4G Kominfo memperoleh gaji tambahan dari sebuah vendor sebulan Rp 500 juta selama bertahun tahun, di luar fasilitas hotel mewah, makan hingga main golf yang ditanggung pihak swasta. Angka angka yang bertebaran ini semakin fantastis. Meski faktual, tapi jalinan ceritanya mirip kisah fiksi dalam novel novel bergenre realisme magis.
Agaknya pengabaian dan pembiaran publik salah satunya karena tak paham bagaimana hubungan antara korupsi pejabat publik dengan kesejahteraan hidupnya sebagai warga negara.
Apakah ada hubungan penggangsiran uang rakyat dengan uang masuk perguruan tinggi negeri (PTN) yang selangit atau adakah hubungan pameran kekayaan pejabat negara dengan tingginya angka bayi kekurangan gizi (stunting), misalnya. Pendeknya dalam isu pemberantasan korupsi kita gagal menjelaskan dari aspek human face (wajah manusia), dikaitkan langsung dengan isu kesejahteraan manusia, orang per orang.
Usaha ke arah sana bukan tak ada. Presiden Joko Widodo misalnya pernah menunjukkan kegeramannya lantaran anggaran penanganan stunting di sebuah daerah ternyata digunakan untuk rapat dan perjalanan dinas hingga Rp 6 miliar.
“Dari Rp 10 miliar, hanya Rp 2 miliar yang digunakan untuk membeli telur, susu, protein dan sayuran,” ujar Jokowi di depan rapat Pengawasan Intern Pemerintah tahun 2023.
Load more