Dari Rumah Petani di Gunungkidul, Kemerdekaan RI Sampai Ke Markas PBB
- Tim tvOne/Lucas Didit
Operasional radio dilakukan oleh Marsekal Madya Boedihardjo, anggota kesatuan AURI, yang pada masa Orde Baru pernah menjabat sebagai Menteri Penerangan. Saat agresi militer kedua, dimana Yogyakarta berhasil diduduki oleh Belanda, para pejuang ini menyingkir ke luar daerah.
"Pak Boedihardjo, yang mendirikan markas radio AURI di Banaran, dan Jenderal Sudirman saat gerilya sempat singgah di sini, sebelum akhirnya meneruskan perjalanannya ke wilayah Wonogiri," lanjut Soeroso.
Kabar tentara Indonesia menguasai Yogyakarta yang sampai ke PBB tentu membuat berang pemerintah Belanda. Karenanya pada 10 Maret 1949, Belanda menggelar operasi militer besar-besaran menyerbu Gunungkidul, dengan target menangkap Jenderal Sudirman dan menemukan stasiun radio AURI.
Serangan ini diawali dengan memborbardir lapangan udara Gading, dan menerjunkan 300 personil lintas udara. Sementara dari darat Belanda juga mengerahkan lebih dari 3000 tentara untuk menyerbu Gunungkidul. Operasi militer ini merupakan operasi militer terbesar kedua, setelah aksi Agresi militer kedua.
Operasi militer ini dianggap sebagai salah satu operasi militer yang gagal, karena tidak berhasil menangkap Jenderal Sudirman dan tidak menemukan Lokasi stasiun radio AURI. Hal ini menurut Soeroso tidak lepas dari peran warga masyarakat yang ikut berjuang dalam melindungi para tentara Indonesia.
"Tentara Belanda sebetulnya sudah sangat dekat, hanya 50 meter dari sini yakni di perempatan situ, tapi mereka mengambil arah yang salah," lanjut Soeroso sambil menunjukan perempatan di sebelah rumah.
"Andai saja waktu itu tidak ada PHB AURI, maka eksistensi kemerdekaan pemerintah Indonesia mungkin tidak pernah diketahui dunia Internasional," kata-kata ini adalah pernyataan M. Syafruddin Prawiranegara, yang pernah menjadi pemimpin tertinggi Pemerintah Darurat Republik Indonesia(PDRI). (Lucas Didit/mii)
Load more