Pujian Setinggi Langit dari Aktivis Pro Yahudi ini untuk Panji Gumilang, Katanya Sang Dedengkot Al Zaytun itu Justru...
- istimewa
"Alangkah baiknya kan, kalau semua pesantren bisa nyanyi lagu Yahudi, bisa nyanyi lagu Tionghoa, bisa nyanyi lagu India, bener enggak? Jangan hanya lagu bahasa Arab," ucapnya.
Monique Rijkers percaya bahwa Panji Gumilang adalah contoh toleransi yang sempurna saat ini.
"Kalau saya sebagai seorang yang aktivis toleransi, aktivitas keberagaman, tentu sangat menyambut baik kegiatan-kegiatannya Al Zaytun. Kenapa? karena ini institusi pendidikan Islam dan mereka tampil dengan wajah toleran, dengan keberagaman, yakni menyanyikan lagu Yahudi," pungkasnya.
Pada kesempatan itu pula, Monique sedikit mengungkapkan mengenai lagu Yahudi yang diputar Al-Zaytun dan viral di media sosial.
Menurutnya, lagu tersebut berjudul Havenu Shalom Aleichem yang merupakan lagu rakyat Yahudi.
"Itu betul lagu Yahudi, itu lagu kayak lagu rakyat Yahudi, jadi bukan lagu Israel, jadi semua orang Yahudi di seluruh dunia mengenal lagu ini. Namanya lagu Shalom Alechem dan Syalom alaihim itu sendiri artinya damai atasmu," ujarnya.
Soal ajaran Ponpes Al-Zaytun dan NII KW 9
Pada kesempatan yang sama, M. Najih Arromadloni selaku pengamat pesantren juga hadir sebagai narasumber di program Catatan Demokrasi tvOne, ia mengungkapkan beberapa temuan dari penelitian non formal yang dilakukannya.
Hal itu didapatnya setelah interaksi dengan beberapa mantan pengurus dan alumni di Ponpes Al-Zaytun, Indramayu, Jawa Barat.
"Ini sebetulnya kalau kita tilik sejarahnya, Al-Zaytun ini kan perkawinan dari NII dan ajaran isa bugis," ungkapnya yang dilansir Youtube ReligiOne.
Ia menuturkan bahwa Isa Bugis ini punya murid bernama Musadeq yang mendirikan Al-Qiyadah dan sebagai penerusnya muncul Gafatar (Gerakan Fajar Nusantara).
"Makanya saya heran, kenapa Isa Bugis sudah ditindak, kemudian Musadeq juga sudah ditindak, tapi Panji Gumilang kok tetep berlarut-larut, ini kan persoalan yang harus kita sayangkan," ujarnya.
Lebih lanjut, pengurus pusat MUI Bidang Penanganan Terorisme ini menerangkan bahwa hampir 30 tahun, jika merujuk pertama kali Pesantren Al-Zaytun didirikan, antara 1996 hingga 1998.
Ia menilai bahwa persoalan ini dibiarkan berlarut-larut, karena tidak ada ketegasan dari Pemerintah.
Load more