Sementara klub klub Israel, Kiryat Arba, Givat Zeev, Maale Adumim, Ariel, Oranit and Tomer bebas memasuki tanah Palestina secara ilegal. Protes tentu dilayangkan Palestine Football Association berulang kali melaporkan agar FIFA menindak klub Israel yang berbasis di wilayah pendudukan Tepi Barat. Tapi, di hadapan FIFA , keberatan semacam ini pasti tak mendapat jawaban.
Dengan latar semacam ini, laga Timnas Indonesia kontra Palestina akhir pekan lalu seperti pertemuan antara dua sahabat lama. Pemerintah Kota mengadakan jamuan makan menyambut ofisial dan pemain Palestina di Balai Kota dengan meriah.
Sejarah Palestina sebagai salah satu negara pertama yang mengakui kemerdekaan Republik terasa hidup kembali. Pengamat menyebut pertandingan merupakan bagian amanat konstitusi, mendukung perjuangan Palestina melawan penjajahan Israel.
Sejak awal pelatih dan pemain kedua tim saling puji. Bendera Palestina dibentangkan suporter Indonesia di Stadion Gelora Bung Tomo.
Asisten Wakil Presiden Asosiasi Sepak Bola Palestina (PFA) Susan Shalabi menyebut laga melawan Timnas Indonesia bukan untuk menang dan kalah, tapi untuk menegaskan persaudaran sejati. Mereka ingat bagaimana Indonesia rela “melepaskan” tuan rumah Piala Dunia U-20 karena menolak Timnas Israel bertanding di Indonesia. “Kami sangat respek,” ujar Susan.
Meski saling serang dengan sengit, pertandingan akhirnya juga bersih tanpa gol, namun solidaritas sudah digalang: 10 persen hasil penjualan tiket yang ludes dalam hitungan menit diberikan untuk Palestina.
(Pemain Timnas Indonesia Muhammad Dimas Drajad (tengah) melewati pemain Timnas Palestina Mohammed Saleh (kiri) dan Yaser Hamed (kanan). Sumber: ANTARA)
Load more