“Saya tanya, beli dari warung berapa? Ada Rp15.000, ada yang Rp12.000. Oke kita beli dari warung berapapun juga, kita jual 3.000. Harus beli dari warung setempat ya, jangan kita beli dari catering atau masak,” katanya.
Pertama kali ia berjualan di depan kantornya, namun Jusuf melarang bagi karyawannya untuk membeli nasi tersebut. Sebab ia menganggap nasi kuning yang dijual bukanlah sedekah untuk karyawan, namun untuk yang membutuhkan.
Setelah dibuka pada tanggal 6 Februari 2018 dengan berjualan nasi kuning seharga Rp3.000 hingga kini terus mengalami keuntungan.
“Alhamdulillah, believe it or not, modal saya cuma Rp100 juta, sudah 3 tahun berjalan saya uangnya masih ada bahkan surplus kurang lebih masih ada Rp550 juta,” ujarnya dengan rasa syukur.
Jusuf Hamka mengaku dalam menjalankan sedekahnya berjualan nasi kuning, ia tidak memiliki rekening juga tidak membuat proposal untuk donasi.
Namun, ia bersyukur karena ada saja orang yang datang untuk berdonasi dan menyumbangkan hartanya untuk membantu sedekah nasi kuning.
“Yang hebat luar biasa, banyak teman-teman nasrani dan budha yang datang dan memberikan bantuan,” jelasnya.
Load more