Musim Kawin
- tim tvonenews
Sudirman Said, dalam pengakuannya, menceritakan bagaimana seorang pejabat "mengganggu" bakal Capres Anies Baswedan.
Sang Pejabat selalu tak habis akal untuk menawarkan banyak hal, sejak kedudukan, jabatan, posisi di pemerintahan, hingga tawaran material lain hanya supaya salah satu parpol mundur dan "tiket" Sang Capres lepas dari tangan.
Sang pejabat itu mungkin saja hanyalah orang suruhan dari pihak paling berkuasa lain. Masih segar dalam ingatan bagaimana suara suara menunda pemilu atau presiden tiga periode, meski jelas jelas mengangkangi konstitusi, ternyata pernah sangat nyaring diteriakkan.
Saya juga jadi ingat dua Presiden kita dengan masa jabatan terpendek, tapi meninggalkan istana dengan kepala tegak: B.J Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).
Senyum Habibie tak pernah lepas meski hanya menjabat 1,5 tahun dan jadi Presiden tersingkat sepanjang sejarah Indonesia. Wajahnya tidak seperti kehilangan apapun.
Begitu pun Gus Dur ia keluar istana dengan legowo. Ia melarang pendukungnya datang ke Jakarta mempertahankan kekuasaannya. "Ada yang lebih penting dari politik, yaitu kemanusiaan," ujar Gus Dur.
(Ilustrasi - Seseorang sedang memainkan permainan catur. Sumber: pixabay)
Penguasa mungkin merasa jabatan, kekuasaan adalah sesuatu yang melekat pada dirinya. Kekuasaan dalam bahasa Indonesia juga disebut daulat --yang kita pinjam dari Bahasa Arab: dawlah--. Secara etimologis, dawlah mempunyai makna "giliran" atau "putaran".
Pengertian ini, misalnya termuat dalam surat Al Hasyr/59:7: "Agar supaya (harta kekayaan) tidak menjadi putaran pada orang orang kaya di antara kamu saja...".
Misalnya, sacara harfiah ada ungkapan Dawlah Abbasiyah, artinya giliran klan Abbasiyah berkuasa. Ada Dawlah Umayyah di Damaskus, artinya klan Umaiyyah yang sedang berkuasa. Ada pula Dawlah Abbasiyah dan Dawlah Ayubbiyah dengan arti yang sama.
Konsep paling mendasar dari daulat adalah kekuasaan itu dipergilirkan, kekuasaan itu tidak langgeng milik pribadi atau kaum. Kaum penguasa memiliki kekuasaannya karena kebetulan ia mendapatkan "putaran" atau "giliran".
Bukankah kita diajari untuk berdoa: "Ya Allah, pemilik segala kekuasaan! Engkau berikan kekuasaan pada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau copot kekuasaan pada siapapun yang Kau kehendaki. Engkau muliakan siapa saja yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan siapa saja yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebaikan! Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu" (QS. Ali Imran/3:26)
Load more