Senada dengan hasil survei tersebut, Dodi Ambardi sebagai seorang peneliti senior, mendapati sejauh ini secara populer kualitas kepemimpinan selalu diartikan sebagai kualitas kepribadian seorang pemimpin. Seperti kadar ketegasan, kedisiplinan, kepintaran, kejujuran, dan sejenisnya.
"Hal-hal tersebut umum terjadi, namun hanya separuh saja mengungkap kualitas kepemimpinan. Yang terlewat adalah kemampuan pemimpin melacak masalah pokok di Indonesia dan memberikan visi inspiratif yang bisa menggerakkan publik. Inilah pentingnya pemimpin mampu mengajak Indonesia, bukan hanya bersibuk dengan basis sosialnya saja," ujarnya.
Pemilu menjadi arena kontestasi di mana para calon pemimpin membangun dukungan dari masyarakat, yang merupakan penentu atas keterpilihan calon pemimpin.
Ide dan gagasan yang dimiliki setiap calon pemimpin menjadi nilai yang diadu dalam pemilu sebagaimana seharusnya, bukan sekedar bertumpu pada popularitas tokoh semata.
Sosiolog Universitas Gadjah Mada, Ari Sujito menambahkan, memilih pemimpin adalah keputusan krusial yang tidak bisa disepelekan.
Bukan perihal hanya bertumpu pada popularitas calon, atau sekadar calon yang mampu membeli suara dengan uang, tetapi calon pemimpin yang seharusnya adalah dia yang nantinya bisa mewujudkan ide dan gagasannya untuk mengurai masalah bangsa, bukan sebaliknya justru melahirkan masalah bangsa.
“Atas dasar itu maka kita perlu melakukan penyadaran kepada publik betapa strategisnya pemilu melalui proses repolitisasi, karena merepolitisasi demokrasi artinya mendorong agar politik difungsikan dengan benar dan dengan dasar nilai serta tidak sekadar menjalani secara dangkal apalagi sekadar agenda rutin tanpa makna," bebernya.
Load more