Soekarno lalu mendirikan Perkumpulan Sandiwara Kelimutu (Kelimutu Toneel Club). Namanya diambil dari danau tiga warna di Flores. Seperti layaknya Rendra, Arifin C Noer atau Teguh karya dalam sejarah teater modern Indonesia, Soekarno berlatih bersama dengan seluruh anggota teaternya setiap hari.
Kadang latihan berlangsung hingga jauh malam, hanya diterangi dengan sinar bulan, Soekarno membacakan satu satu petikan naskah pada pemainnya pemainnya. Mereka berlatih menghapal dan mengucapkannya di depan Soekarno secara berulang ulang.
Tak hanya melatih dialog, Soekarno juga menyusun pengadeganannya dengan detil. Ali Pambe, seorang montir mobil yang diberi peran orang yang meninggal, dicontohkan oleh Soekarno bagaimana caranya berbaring di pinggir pantai. Lebih repot, suatu kali, Ali Pambe mendapatkan peran sebagai penerjemah dari Bahasa Ende ke Bahasa Flores. Jatuh bangun Soekarno mengajari Ali Pambe bahasa Indonesia sebelum tampil di panggung.
(Dok. Soekarno bersama para pemain teater saat menjalani pengasingan di Ende. Sumber: istimewa)
Soekarno harus memutar otak lebih dalam karena seluruh pemain di groupnya adalah laki laki. Tidak seorang pun perempuan di Flores yang mau bermain teater karena saat itu, perempuan tak boleh tampil, lagi pula kebanyakan mereka takut dengan Soekarno.
Sebuah gudang di dekat gereja, ia sewa, lalu disulap Soekarno menjadi gedung pertunjukan sederhana bernama Immaculata. Biaya sewanya didapat dari penjualan karcis. Penonton pertunjukan Teater Kelimutu cukup loyal. Setiap pertunjukan bisa digelar selama tiga hari dengan penonton sekitar 500an orang semalam. Bahkan, orang orang Belanda yang sinis pada Soekarno pun tak jarang ada di antara kerumunan penonton.
“Kadang kadang mereka tertawa terpingkal pingkal, kadang kadang muka mereka (Belanda) memerah oleh sindiran drama drama kami,” ujar Riwu Ga, salah satu aktor Teater Kelimutu dalam buku Riwu Ga, 14 Tahun Mengawal Bung Karno yang ditulis Peter Rohi.
Soekarno juga memikirkan segala detail pertunjukan. Ia mendesain kostum dan mendekor panggung pertunjukan. Kemampuan melukisnya berguna saat harus menggambari dinding belakang panggung menjadi seperti hutan atau sebuah istana atau apapun kebutuhan pertunjukan. Bahkan, untuk memberi hiburan saat jeda pertunjukan, Soekarno meminta pemainnya masuk ke panggung menyanyikan lagu lagu keroncong.
Load more