Jakarta, tvOnenews.com – Belakangan ini viral di media sosial tentang aksi yang digelar di Monumen Nasional (Monas). Aksi itu viral lantaran terlihat adanya bendera pelangi atau simbol LGBT yang berkibar.
Hal ini menyita atensi dari para netizen, lantaran berkibarnya bendera LGBT tersebut berhubungan dengan peringatan Women’s March.
Diketahui, Women’s March sendiri pertama kali diadakan pada 2017 dan merupakan sebuah gerakan kelompok perempuan yang diinisiasi oleh kelompok feminis Jakarta.
Kelompok ini pun bertujuan untuk menuntut hak perempuan dan kelompok rentan untuk mendapat perlakuan yang setara. Seperti pemberian hak pendidikan berkeadilan yang inklusif, menjamin tidak adanya diskriminasi dan adil gender.
Selain itu juga memajukan pendidikan dan pemberdayaan dan akses yang inklusif bagi anak-anak perempuan disabilitas, anak dengan HIV/AIDS, anak narapidana dan anak pengguna napza.
Namun aksi Women’s March Jakarta (WSJ) kali ini menuai berbagai respon dari netizen lantaran berkibarnya bendera LGBT.
Berkibarnya bendera pelangi dalam aksi tersebut, disebut bertentangan dan tidak sejalan dengan nilai-nilai serta norma yang berlaku di Indonesia.
Diketahui WSJ membawa dua bendera pelangi yang berbeda warna dan maknanya, bendera pertama didominasi biru muda, merah muda, dan putih, serta bendera pelangi.
Bendera dengan biru muda, merah muda dan putih tersebut, melambangkan simbol keragaman komunitas transgender.
Dimana warna biru muda mewakili anak laki-laki tradisional, warna merah muda mewakili anak perempuan tradisional, dan putih mewakili interseks, transitioning atau jenis kelamin yang tidak terdefinisi.
Diketahui ada seorang netizen yang berkomentar tentang apa yang menjadi dasar hubungan LGBT dengan hak perempuan.
“Hubungannya LGBT sama hak wanita apa ya?” tulis @malwareslayer.
Melihat foto-foto yang beredar, menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Terlebih banyaknya peserta WSJ dengan membawa bendera pelangi dihadiri oleh perempuan-perempuan berhijab.
Pertama kali diunggah melalui akun Twitter @sosmedkeras yang mengunggah foto WSJ memegang bendera pelangi dari angle berbeda dan terlihat banyak perempuan hijab.
“Ini mbak hijaban ngapain :”),” komentar netizen.
“Kata guru ngaji aku: kita gak pernah bisa milih lahir dimana dan mati kapan, itu tanda bahwa hidup kita bukan milik kita (tapi milik Allah). Sebagai orang beragama, hidup seharusnya emang gak bebas, ada aturan yang mengikat agar semuanay seimbang,” tulis netizen lain.
Unggahan tersebut menarik atensi publik dan sudah dilihat sebanyak 7,1 juta kali dan disukai oleh 25,7 ribu pengguna.
Melihat hal tersebut akun Twitter WSJ @womensmarchjkt memberi tanggapannya.
“Mari kita saling menjaga dan memberikan dukungan kepada sesama. Jika kamu menemukan postingan berisi ujaran kebencian terhadap peserta aksi Women’s March Jakarta (WSJ), segera laporkan melalui fitur laporan,” tulis @womenmarchjkt.
Bahkan ada juga salah satu yang mengikuti kegiatan tersebut mengatakan bahwa dirinya menyukai kegiatan WSJ kali ini, karena hadir sebagai transpuan.
“@womensmarchjkt kali ini lebih berkesan, karena walau gak pernah absen dari 2017, tapi ini pertama kalinya aku hadir sebagai transpuan. Aku ngerasa di celebrates oleh ribuan orang yang berjuang disini #womensmarchjakarta #SudahiBungkamLawan,” kata akun @novalauliady. (MG1/ree)
Load more