Kisah Perjalanan Kapolres Kerinci Jalan Kaki 17 Jam Menembus Hutan Rimba Lokasi Kecelakaan Kapolda Jambi
- Arizal
Saat awal kejadian, kata mendarat darurat memang masih digunakan oleh Polda Jambi sendiri. Kabag Humas Polda Jambi saat dikejar-kejar wartawan, juga mengatakan heli tersebut mendarat darurat.
Namun mendarat darurat berganti setelah Polri sendiri yang mengganti kata itu menjadi jatuh, melalui akun Facebook resmi Divisi Humas Polri.
Soal mendarat darurat, ini memang jadi pembahasan banyak orang, bahkan pengamat penerbangan Alvin Lie juga meragukan heli yang membawa 8 orang itu mendarat darurat.
“Itu jenis heli Super Bell 412 SP yang bisa vertical take off dan vertical landing. Mendarat di sawah pun bisa. Kalau sampai mendarat di hutan ini berarti dalam kondisi yang sangat mendesak dan tak sempat lagi mencari tanah lapang, saya meragukan ini adalah pendaratan darurat,” lanjutnya.
Tapi Kapolres Kerinci tak peduli dengan permasalahan itu, yang dia tahu pimpinannya sedang dalam kondisi tidak baik-baik saja di hutan sana.
Apapun halangannya, cerita mistis kawasan “si Hijau”, jalan kaki dua hari, tidak ada jalur manusia, ia abaikan semuanya. Ia memutuskan harus berangkat hari itu juga, Minggu, 19 Februari 2023, dan masuk ke hutan.
Menunggu helikopter ke titik kejadian tentu bukan opsi yang benar, Bukit Tamiai itu banyak lembah, kabut awannya tumbuh setiap saat, tebal sekali. Dan terbukti, saat Kapolres sudah berangkat ke hutan, helikopter bantuan hingga sore pun belum bisa menuju lokasi.
Perjalanan pun dimulai, bergerak pukul 13.00 WIB, Kapolres Kerinci ini memimpin rombongan yang berjumlah 12 orang melalui sebuah desa bernama Jembatan Payung dengan berbekal seadanya.
Sebelum masuk pintu rimba, rombongan ini masih diantar oleh warga sekitar, menggunakan motor trail sekitar 2 jam perjalanan. Hingga kemudian, bertemu jalur yang tak lagi bisa dilalui sepeda motor dan harus jalan kaki.
Humas Polres Kerinci, Endriadi mengatakan, sebelum berangkat, Kapolres memang telah berkali-kali mewanti anggotanya, bahwa perjalanan tidak akan berhenti, sampai bertemu titik lokasi, bahkan hujan sekalipun.
Menempuh jalur asing, siang pun terasa tidak terang, hutannya lebat dan semaknya rapat, matahari tidak maksimal menembus daratan.
Patria Yuda Rahadian sebagai komandan dalam operasional evakuasi jalur darat itu, mengandalkan GPS heli di lokasi kejadian, memandu perjalanan agar tidak belok-belok dan kesasar.
Membawa peralatan seadanya seperti parang untuk menebas semak dan juga bekal makanan dan bantuan untuk para korban.
Load more