Jakarta, tvOnenews.com - Sejumlah tanggapan negatif terhadap pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang pertanyakan ibu-ibu pengajian.
Pernyataan negatif ini datang dari sejumlah tokoh hingga lembaga negara. Mulai dari MUI, anggota DPR hingga politikus.
Potongan video tersebut diambil ketika Megawati berpidato dalam Kick Off Pancasila dalam Tindakan 'Gerakan Semesta Berencana Mencegah Stunting' yang digelar BKKBN pekan lalu.
"Saya ngeliat ibu-ibu tuh ya maaf ya, sekarang kayaknya budanya beribu maap, kenapa toh seneng banget ikut pengajian ya. Maaf beribu-ribu maap, saya sampe mikir gitu, iki pengajian ki sampai kapan toh yo, anake arep dikapakke (anaknya mau diapain)?" ujar Megawati.
Pernyataan Megawati ini kemudian dinilai kontroversial hingga mengundang berbagai macam respon dari berbagai kalangan.
Berikut ini sejumlah respon negatif atas pernyataan Megawati Soekarnoputri terkait ibu-ibu pengajian:
1. Majelis Ulama Indonesia
Majelis Ulama Indonesia ikut memberikan komentar terkait pernyataan Presiden ke-5 Indonesia itu.
Megawati telah menyampaikan permintaan maaf dalam pernyataan tersebut. MUI pun telah memaafkan. Akan tetapi MUI tetap meluruskan maksud dari pernyataan putri pertama dari Presiden Pertama Indonesia itu.
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Muhammad Cholil Nafis menyebut kegiatan pengajian itu tidak seperti yang Megawati sebutkan, dapat mengganggu waktu mengasuh anak.
"Saya maafkan. Tapi tak ada ceritanya ibu-ibu rajin ngaji itu jadi bodoh dan tidak kreatif," tulis Kiai Cholil dalam akun Twitternya, dikutip Senin (20/2/2023).
Kiai Cholil mengatakan bahwa mengaji itu sebuah kegiatan yang banyak manfaat sekaligus, terkhusus bagi ibu-ibu rumah tangga.
"Ngaji itu melatih hati dan mengkaji melatih pikir. Keduanya banyak yang bisa memadukan sekaligus," jelasnya.
Dia memaklumi apabila Megawati tak suka bepergian mengaji. Namun, Kiai Cholil mengingatkan agar Megawati tak memberikan perspektif negatif terhadap masyarakat yang tidak sama dengan dirinya.
"Soal tak senang ngaji tak apalah, tapi tak usah usil dengan ibu-ibu yang rajin ngaji sampai kapan pun," tegasnya.
2. Kader Partai Demokrat
Selain MUI komentar negatif terkait pernyataan Megawati juga datang dari salah satu kader Partai Demokrat.
Kepala Badan Pembinaan Jaringan Konstituen (BPJK) Demokrat Jakarta, Khadijah Al-Makiyah menilai sikap Megawati tidak mencerminkan seorang negarawan.
"Heran dengan statement Bu Mega yang mempertanyakan aktivitas dan rutinitas ibu-ibu yang senang ke pengajian. Ibu Mega menganggap seringnya ibu-ibu hadir ke pengajian akan mempengaruhi manajemen rumah tangga dan kecakapan para ibu-ibu mengurus keluarga. Sikap yang tidak menggambarkan seorang negarawan," kata dia, saat dihubungi media, di Jakarta, Senin (20/2/2023).
Ia mempertanyakan korelasi antara ibu-ibu yang sering datang ke pengajian dengan aktivitas mereka mengurus rumah tangga.
"Lalu apa pengaruhnya seringnya ibu-ibu ke pengajian dengan ketidakmampuan mengurus keluarga? Selain itu budaya hadir ke pengajian adalah budaya Indonesia yang patut dilestarikan," tegasnya.
Lebih lanjut, Khadijah membeberkan bahwa kegiatan pengajian yang dilakukan pihak NU kerap membahas isu-isu parenting dan keluarga, tidak hanya melakukan tadarus dan yasinan.
Bahkan secara lantang anggota Demokrat ini mengatakan jika Megawati ingin kualitas keluarga Indonesia lebih baik, maka jangan menyerang ibu-ibu yang senang pergi ke pengajian.
"Melainkan menguatkan program-program di bidang kekeluargaan, salah satunya justru dengan menggandeng ibu-ibu pengajian," pungkasnya.
3. Anggota DPR RI
Anggota Komisi VIII DPR Iskan Qolba Lubis ikut menanggapi pernyataan Ketua Dewan Pengarah BRIN Megawati Soekarnoputri terkait ibu-ibu yang sering pergi pengajian.
Iskan mengatakan komentar Megawati soal ibu-ibu yang sering pergi pengajian dengan isu stunting tidak berhubungan.
“Saya khawatir mungkin ada informasi yang salah yang disampaikan ke Ibu (Megawati) karena sebetulnya stunting itu tidak berhubungan dengan pengajian. Itu adalah masalah pengelolaan gizi kan,” jelas Politikus PKS saat dihubungi tvOnenews, Senin (20/2/2023).
Menurut Iskan, permasalahan stunting adalah kegagalan pemerintah dalam mengelola gizi anak. Dia mengaku heran Megawati malah mengaitkannya dengan pengajian atau kelompok Majelis Ta’lim.
“Jadi sebetulnya stunting itu kan hanya karena bagaimana pemerintah meyakinkan masyarakat. Jadi itu hubungannya dengan gizi, sangat teknis ya. Ya enggak mungkin lah ustad-ustad dengan ilmu terbatas harus menyelesaikan urusan negara begitu,” kata dia.
Dia menambahkan para ibu yang mengikuti Majeis Ta’lim juga tidak mungkin menelantarkan anak-anaknya hingga menyebabkan terjadinya stunting.
“Majelis Ta’lim itu kan paling sekali seminggu, satu jam dua jam,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Iskan menyampaikan bahwa kelompok Majelis Ta’lim justru memberikan dampak positif. Bahkan roda ekonomi bisa berjalan karena ada pihak yang menawarkan produk bisnisnya.
“Majelis Ta’lim itu kan juga kearifan lokal di Indonesia. Mereka bisa ketemu, mereka bisa arisan, bahkan mereka bisa membuat kegiatan sosial yang bisa membantu pemerintah,” ujar dia.
“Jadi ini ada apa gitu, kan? Tanpa hujan tanpa angin tiba-tiba Majelis Ta’lim itu dibuat kambing hitam. Aneh aja sih,” tandas Iskan.(saa/rpi/agr/ebs/muu)
Load more