Jakarta - PBB meminta agar negara-negara yang terlibat dalam konflik di Libya agar menarik tentara bayarannya. Otoritas global ini menegaskan hal tersebut mengingat banyaknya tentara bayaran dalam perang Libya dan merusak gencatan senjata yang disepakati Oktober 2020.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mendorong agar negara-negara yang menyuplai senjata dan peralatan militer ke legiun asing yang beroperasi di wilayah Libya. Hingga saat ini, ujarnya, pesawat-pesawat yan gmengangkut logistik militer masih terus hilir mudik di kota Sirte dan wilayah Jufra.
Selain itu, pihaknya juga meminta partai politik yang ada di Libya agar mengerahkan seluruh upaya untuk memastikan pemilu legislatif dan presiden dapat berjalan lancar Desember nanti. Pemilu ini dinilai krusial dalam memutus mata rantai permusuhan politik yang telah merongrong negara timur tengah ini dari dalam.
Libya jatuh dalam kekacauan usai Muammar Khadafi diturunkan oleh demonstran yang didukung oleh NATO. Akibat kekosongan kekuasaan tersebut, Libya terpecah menjadi dua bagian. Satu bagian dimiliki pemerintah yang disokong oleh PBB dan bagian lainnya dikuasai oleh komandan militer Khalifa Hifter.
Hifter pernah melancarkan serangan militer pada 2019 untuk menguasai ibukota. Aksi militer ini didukung Mesir, Uni Emirat Arab, Rusia, dan Prancis. Namun serangan ini gagal setelah Turki, Qatar, dan Italia mengirim bantuan pada pemerintah untuk mempertahankan Tripoli. (afr)
Load more