Menolak Israel dan Dimusuhi IOC Bukan Kali Pertama bagi Indonesia, di Era Soekarno Pernah Bikin Tandingan yaitu GANEFO, Ini Sejarahnya
- Kolase tvOnenews.com / istimewa / antara / perpustakaanonline
Pada tahun 1963, Indonesia kembali menjadi tuan rumah ajang olahraga besar yang berbeda dari sebelumnya.
“47 negara berpartisipasi, lebih dari 2700 atlet datang dari seluruh dunia, sebagian besar negara yang baru merdeka, dan negara-negara sosialis di Eropa. Dan paling penting: Palestina,” jelas Gayatri.
“Palestina adalah peserta resmi di GANEFO. Ini adalah 'lingkaran penuh' untuk Indonesia, dari sudut pandang anti-imperialis dan komitmen terhadap Palestina,” sambungnya.
Gayatri pun mengapresiasi sikap tegas Indonesia saat ini dan menyerukan agar semangat itu dihidupkan kembali.
“Jadi saya menyambut Indonesia, Bapak Erick Thohir, untuk mendirikan GANEFO 2.0,” ujarnya.
- Instagram @dolgopyat_artem
Tahap awal penyelenggaraan GANEFO dimulai dengan Konferensi Pendahuluan GANEFO I di Jakarta pada 27–29 April 1963. Dari 17 negara yang diundang, 12 negara hadir, termasuk Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet.
Dalam pertemuan itu, disepakati bahwa GANEFO akan menjunjung semangat Dasasila Bandung—mendorong perdamaian, solidaritas, dan kerja sama antarnegara berkembang melalui olahraga.
Presiden Soekarno kemudian menerbitkan Keputusan Presiden No. 74 Tahun 1963 untuk membentuk Komite Nasional GANEFO, dengan tugas memobilisasi partisipasi negara-negara Nefos (New Emerging Forces), mempersiapkan penyelenggaraan teknis, serta menggalang dana dari rakyat dan Dana Revolusi.
GANEFO I resmi dibuka oleh Presiden Soekarno pada 10 November 1963 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, dengan semboyan legendaris: “Onward! No Retreat!” (Maju Terus, Pantang Mundur).
Acara berlangsung meriah selama 12 hari, dihadiri lebih dari 100.000 penonton, dan mempertandingkan 20 cabang olahraga seperti atletik, renang, gulat, dan tenis meja.
Hasilnya, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) keluar sebagai juara umum, disusul Uni Soviet di posisi kedua dengan 27 medali emas, dan Indonesia di peringkat ketiga dengan 21 emas—mayoritas dari cabang atletik.
Keberhasilan GANEFO tidak hanya menjadi simbol kemenangan teknis, tetapi juga diplomatik. Dunia menyaksikan munculnya poros baru negara-negara berkembang yang berani menentang dominasi kekuatan lama.
Usai GANEFO I, Indonesia menggelar Kongres Dewan GANEFO pada 24–25 November 1963, dan ditunjuk sebagai Ketua Dewan Eksekutif, sementara Kairo, Mesir ditetapkan sebagai tuan rumah GANEFO II (1967).
Load more