Bukannya takut, sebagian rakyat Myanmar memutuskan angkat senjata dengan motivasi berbeda-beda, termasuk menuntut balas atas kematian keluarga dan tetangga yang dibantai tentara.
Perlawanan pun semakin militan dan luas, sebaliknya respons junta juga semakin buas dan brutal.
Penindasan yang semakin sporadis dan perlawanan yang semakin berani dari masyarakat itu sendiri telah mendemoralisasi Tatmadaw dan polisi sampai ribuan di antaranya melakukan desersi.
Menurut NUG, sejak kudeta Februari tahun lalu, 2.000 tentara dan 6.000 polisi melakukan desersi termasuk menyeberang ke daerah-daerah yang dikuasai pemberontak.
Mereka di antaranya difasilitasi oleh People’s Embrace and People’s Soldiers yang dibentuk para mantan tentara yang bersimpati kepada NUG dan kelompok-kelompok perlawanan etnis minoritas di negeri itu.
Asingkan junta
Nada yang tidak lagi sinkron dalam jajaran elite Tatmadaw sepertinya juga sudah mulai terlihat. Indikasinya dari dua jenderal penting Tatmadaw yang baru-baru ini dimutasi tiba-tiba seperti dilaporkan The Irrawaddy belakangan hari ini.
Keduanya adalah Letjen Aung Lin Dwe yang dicopot dari jabatan kepala pengadilan militer dan Kepala Staf Angkatan Udara Jenderal Maung Maung Kyaw yang dipaksa pensiun lebih cepat dari yang seharusnya.
Menurut laman The Irrawaddy, junta menyebut pencopotan kedua jenderal soal prosedur belaka, tetapi perwira-perwira pembelot menyebut kedua jenderal itu mungkin sudah tak mau lagi mendengar pemimpin junta Jenderal Min Aung Hlaing.
Para desertir sendiri menilai Tatmadaw yang berkekuatan 300.000 prajurit tengah di ambang perpecahan. Indikasinya terlihat dari skala pembelotan yang begitu besar yang tak pernah terjadi selama enam puluh tahun terakhir. Selain itu ada ketidakpuasan dari kalangan prajurit yang merasa hanya dijadikan kacung oleh atasan mereka.
Load more