Perubahan itu mendorong Gavi untuk cepat-cepat berinvestasi untuk kapasitas rantai dingin di negara-negara penerima yang tidak memiliki lemari pendingin dan transportasi dengan alat pendingin untuk menyimpan suntikan vaksin Pfizer, yang membutuhkan penyimpanan dengan temperatur lebih rendah dibandingkan vaksin AstraZeneca.
Organisasi itu telah memperingatkan terkait dengan kapasitas rantai dingin yang tidak memadai di beberapa negara, menurut sebuah laporan internal yang diberikan kepada dewan Gavi pada awal Desember dan dilihat oleh Reuters.
Gavi memperingatkan dalam dokumen tersebut bahwa masalah itu diperparah oleh risiko kekurangan jarum suntik khusus yang diperlukan untuk mengelola vaksin Pfizer.
"Suntikan Pfizer adalah yang paling sulit untuk didistribusikan, mengingat perlunya rantai ultradingin dan persyaratan jarum suntik khusus," kata Gavi dalam dokumen internalnya.
Dalam dokumen itu disebutkan, "Ini juga yang paling sulit untuk direncanakan karena ini (vaksin yang disumbangkan) sering datang dengan sedikit pemberitahuan atau dengan cara yang tidak stabil dan dalam volume kecil dan dengan umur simpan yang pendek."
Negara-negara kaya yang menyumbangkan vaksin COVID-19 dengan masa simpan yang relatif singkat telah menjadi "masalah besar" bagi COVAX, kata seorang pejabat WHO pekan lalu, karena banyak dosis yang terbuang.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan dalam sebuah pengarahan pers pekan lalu bahwa donasi vaksin Pfizer EU kepada COVAX menjadi terhambat akibat kurangnya jarum suntik. Seorang pejabat lain yang memahami isu tersebut mengatakan pada Reuters bahwa Gavi telah harus menunda pengiriman sejumlah dosis Pfizer dari Eropa akibat kekurangan jarum suntik.
Load more