Keputusasaan di Benak Korban Gempa Turki, Pemerintah Dinilai Lambat
- AP
Jakarta, tvonenews.com - Rasa putus asa, frustasi dan amarah bergolak jadi satu, demikian kiranya yang tersampaikan ribuan warga Turki dimana sanak familinya masih tertimbun reruntuhan akibat gempa magnitudo 7,8.
Sebagaimana dilansir APnews, Minggu (12/2/2023), Bulent Cifcifli, seorang warga Turki mengatakan dia telah menunggu berhari-hari untuk menarik tubuh ibunya dari rumahnya yang runtuh.
Dia mengatakan penyelamat sedang bekerja untuk mengambil tubuh ibunya, tetapi mereka dipanggil ke lokasi lain karena mereka menduga ada yang selamat.
"Enam hari kemudian, kami tidak tahu berapa banyak yang masih berada di bawah reruntuhan, dan berapa banyak yang hidup atau mati," kata Cifcifli sambil menyalahkan kurangnya alat berat.
Yazi al-Ali, seorang pengungsi Suriah yang datang ke Antakya dari Reyhanli, telah tinggal di tenda sambil menunggu kru menemukan ibunya, dua saudara perempuan, termasuk satu yang sedang hamil, dan keluarga mereka.
Pada satu titik, dia berdiri di atas puing-puing rumah di pusat kota tua Antakya di mana dia yakin saudara perempuannya yang sedang hamil dimakamkan dan, dengan suara serak, meneriakkan nama saudara perempuannya, "Rajha!"
"Tidak ada yang menjawab kami, dan tidak ada yang datang untuk melihat," katanya. “Mereka telah menghentikan kami untuk melihat diri kami sendiri. Saya tidak tahu mengapa."
Meskipun para ahli mengatakan orang yang terperangkap dapat hidup selama seminggu atau lebih, namun harapan untuk menemukan korban selamat mulai berkurang di benak warga korban gempa.
Sebelumnya, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengakui bahwa respons awal penanganan gempa terhambat oleh kerusakan parah pada jalan dan infrastruktur lain yang membuat sulit untuk mencapai beberapa titik.
Erdogan juga mengatakan daerah yang paling parah terkena dampaknya berdiameter 500 kilometer (310 mil) dan merupakan rumah bagi 13,5 juta orang di Turki. (ito)
Load more