Ini Alasan Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Nico Afinta Dicopot Kapolri
- istimewa
Insan sepak bola Indonesia kembali berduka. Derbi Arema FC melawan Persebaya Surabaya merenggut ratusan korban jiwa. Berbagai pihak pun menuai atensi bangsa, yang salah satunya Kapolda Jawa Timur, Irjen Pol. Nico Afinta.
Nama Kapolda Jawa Timur sudah tidak asing di telinga khalayak. Sempat beredar kabar lulusan Akademi Kepolisian (Akpol) 1992 itu terlibat kasus pembunuhan Ferdy Sambo.
Aroma Nico bersekongkol dengan Ferdy Sambo menyeruak, setelah bersua Kapolda Metro Jaya, Irjen Fadil Imran, dan Kapolda Sumatera Utara, Irjen R.Z. Panca Putra Simanjuntak.
Para perwira tinggi itu kabarnya saling berbagi tugas. Mereka menyebarkan informasi tembak-menembak, serta pelecehan seksual yang dilakukan Brigadir J terhadap istri Ferdy Sambo, Putri Chandrawati.
Akan tetapi, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo meluruskan kabar miring soal jajarannya. Kapolri menegaskan Kapolda Jawa Timur tidak terlibat dalam skenario pembunuhan Ferdy Sambo.
"Divisi Propam dan timsus sudah memeriksa, ditemukan sampai saat ini kesimpulannya tidak ada berkaitan dengan skenario kasus FS. Ini supaya menjadi jelas dan tidak polemik," ujar Kapolri dalam konferensi pers di Jakarta, 30 September 2022.
Kapolri sejatinya sudah "membersihkan" nama Nico Afinta dari pusaran polemik Ferdy Sambo. Namun, nama Kapolda Jawa Timur ini lagi-lagi terseret kasus besar, yakni Tragedi Kanjuruhan.
Copot Kapolda Jawa Timur
Kapolda Jawa Timur dianggap sebagai salah satu sosok yang harus bertanggung jawab. Dia diduga lalai memberikan arahan kepada jajarannya dalam tragedi berdarah di Stadion Kanjuruhan.
Tembakkan gas air mata menjadi bukti minimnya pengawasan. Padahal, FIFA jelas melarang penggunaan objek itu dalam sebuah pertandingan sepak bola.
Peneliti Institute for Security and Strategis Studies (ISESS), Bambang Rukminto, mendesak Kapolri mencopot dua tokoh penting di tubuh Kepolisian Daerah Jawa Timur. Mereka adalah Kapolres Malang, AKBP Ferli Hidayat, dan Nico Afinta.
Bambang menilai peristiwa ini dapat dicegah apabila panitia dan aparat kepolisian dapat bertindak presisi, prediktif dan bertanggung jawab.
"Tragedi itu menunjukkan polisi tidak bisa melakukan prediksi dan pencegahan bila terjadi kerusuhan di dalam stadion, sehingga berjatuhan korban akibat desak-desakan di pintu yang sempit karena kepanikan suporter," ungkap Bambang kepada Tvonenews.com, Minggu (2/10/2022).
Load more