Kemenhut dan Bareskrim Polri Ungkap Temuan Awal Hasil Identifikasi Kayu Gelondongan Banjir Sumut: Ada yang Bekas Potongan Mesin
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Tim gabungan dari Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Bareskrim Polri merilis hasil penyelidikan awal terkait asal-usul kayu gelondongan yang hanyut saat banjir bandang menerjang wilayah Garoga, Batangtoru, Tapanuli Selatan.
Investigasi itu melibatkan penyisiran lapangan, identifikasi forensik, hingga pengambilan sampel di sepanjang aliran sungai dan jembatan yang terdampak.
Berdasarkan analisis Direktorat Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kemenhut, bencana ini diperparah oleh masifnya perubahan fungsi lahan.
Kasubdit Perencanaan Pengelolaan DAS Ditjen PDASRH, Catur Basuki Setyawan, memaparkan data terkait kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) Garoga.
Menurut Catur, terjadi perubahan tutupan lahan hutan menjadi non-hutan seluas 28.885 hektare di wilayah tersebut. Kerusakan terbesar justru bukan berada di dalam kawasan hutan.
“Di kawasan hutan hanya sekitar 0,4 persen, sementara di luar kawasan hutan mencapai sekurang-kurangnya 99 persen. Ini khusus untuk DAS Garoga,” ungkap Catur.
Temuan Jenis Kayu
Dalam proses forensik di lapangan, tim mengambil 43 sampel kayu dari berbagai titik vital seperti Jembatan Garoga 1 dan 2, serta kilometer 4, 6, dan 8 aliran Sungai Garoga.
Yandi Irawan Sutisna, Pengendali Ekosistem Hutan Ahli Muda Kemenhut, menjelaskan bahwa dari sampel tersebut ditemukan campuran antara kayu hasil potongan mesin dan pohon yang tumbang alami karena longsor.
Di Jembatan Garoga 1 dan 2, tim mengidentifikasi berbagai jenis pohon seperti nyatoh, bayur, puspa, hingga tanaman budidaya warga.
“Hingga kini sudah teridentifikasi 15 jenis pohon. Tujuh jenis lainnya masih kami bawa ke laboratorium untuk pemeriksaan lanjutan. Sebagian besar merupakan pohon karet, meranti, dan durian, jenis tanaman yang umumnya tidak tumbuh di hutan alam,” kata Yandi dalam konferensi pers, Rabu (10/12).
“Setiap sampel kami pastikan apakah berasal dari tebangan, runtuhan, atau tumbang akibat longsor. Ada yang jelas bekas potongan mesin, ada pula yang tercabut bersama akarnya,” tambahnya.
Karakter Sungai dan Tindakan Hukum
Kepala Seksi Perencanaan dan Evaluasi BPDAS Asahan Barumun, Kristo Damanik, menyoroti karakteristik geografis DAS Garoga yang memiliki jarak hulu ke hilir sangat pendek, yakni sekitar 58 kilometer.
Load more