Gemuruh Banjir Palembayan
- esdm.go.id
tvOnenews.com - Bersandar pada bongkahan batu besar, sebatang pohon sepanjang dua meter mengayun pelan. Menyisakan pucuk ranting dan dedaunan kecoklatan berhias lumpur. Dua bocah di Kampung Balai Jorong Kayu Pasak, Nagari Salareh Aia, Palembayan, Kab. Agam, Sumatera Barat menapaki sisa luapan air banjir di sekitar rumahnya pada Rabu (3/12) pagi.
Tak ada senyuman dan keceriaan yang nampak. Surau yang saban sore ditempati anak-anak untuk ngaji terkikis habis. Hanya menyisakan hamparan lumpur yang belum mengering, penuh potongan kayu, serta ranting berserakan. Kini lokasi itu menjadi daratan kusam yang tak ramah anak.
"Saya trauma. Tingginya sepohon kelapa," ujar anak yang tengah duduk di bangku kelas 6 Sekolah Dasar. Ia seolah bingung atas apa yang dialaminya. Beberapa teman sebayanya masih dalam proses pencarian. Bahkan dipastikan terbawa derasnya aliran air bercampur pasir, lumpur, dan batu.
Warga Kampung Balai menceritakan luapan itu terjadi begitu cepat. Menurut Rika (42 tahun), pemilik warung kelontong, gelombang air datang dalam hitungan menit. "Hempasan gelombang banjir datang dua kali. Gak sampai lima menit," kenang pemilik warung kelontong tersebut. Ia bersyukur warung kayunya tak hanyut. Padahal surau dan rumah persis di samping tempat dagangannya terkena terjangan banjir.
Saat deru air mulai mengaum, Rika bergegas cepat membawa anaknya ke dataran tinggi. Ia tak sempat lagi memikirkan barang-barang di rumah. Satu jam ia berlari mencari lokasi perlindungan. Mereka selanjutnya mengungsi selama dua malam sebelum kembali menengok kondisi rumah.
Hujan memang turun mengguyur Jorong Kayu Pasak sepekan terakhir sebelum bencana. Bahkan sempat selama sehari tak kunjung berhenti. "Pas dateng air (banjir)-nya bukan coklat lagi tapi hitam," jelas Rika yang memiliki dua anak tersebut.
Sebelum bencana hidrometereologi tiba, warga sempat mendengar gemuruh air mirip alunan talempong agung selama tiga hari, sejenis seni musik Minang yang dimainkan saat malam acara pernikahan. "Mungkin ini suara air dari hulu (Danau Maninjau). Kalau kata nenek moyang kami, ular naga mau lewat," jelas Meliyanti seumuran Rika.
Load more