Gado Gado Indonesian Cultural Hub: Simbol Kolaborasi Lintas Seni, Mode, dan Kuliner Menuju Soft Power Budaya Indonesia di Mata Dunia
- Istockphoto
tvOnenews.com - Industri budaya dan kreatif Indonesia tengah melangkah menuju era baru yang semakin dinamis dan kolaboratif. Dari seni rupa hingga kuliner, dari mode hingga desain, setiap elemen kini saling terhubung dalam ekosistem yang memperkuat identitas bangsa.
Kreativitas lokal tak lagi berdiri sendiri, melainkan berpadu menciptakan harmoni yang merepresentasikan semangat “Bhinneka Tunggal Ika” dalam bentuk paling nyata. Keberagaman ini bukan sekadar simbol budaya, tetapi menjadi fondasi bagi lahirnya kekuatan soft power Indonesia di kancah global.
Melansir dari berbagai sumber, fenomena ini kian terlihat lewat hadirnya inisiatif kolektif yang menjembatani berbagai sektor industri kreatif, mempertemukan pelaku dari berbagai bidang dalam satu ruang inovatif.
Kolaborasi lintas disiplin kini menjadi motor penggerak utama perkembangan ekosistem budaya nasional. Dengan dukungan dunia bisnis, kreator, dan komunitas, sektor budaya Indonesia mulai menata langkahnya menuju peran strategis dalam diplomasi global.
Inilah wujud nyata bagaimana seni, desain, mode, dan kuliner bukan hanya karya estetika, melainkan instrumen ekonomi, sosial, dan diplomasi bangsa. Momentum itu kini diwujudkan melalui Gado Gado Indonesian Cultural Hub, sebuah ruang kolaboratif yang diprakarsai oleh KADIN Indonesia bersama berbagai institusi budaya dan kreatif nasional.
Diperkenalkan dalam rangkaian IdeaFest 2025, inisiatif ini menjadi simbol kesatuan dalam keberagaman, sebuah “paviliun hidup” yang menyatukan berbagai disiplin kreatif Indonesia. Melalui semangat kolaboratifnya, Gado Gado Indonesian Cultural Hub menghadirkan harmoni antara seni, mode, desain, kuliner, dan inovasi, mencerminkan kekayaan identitas bangsa dalam wujud yang segar dan relevan secara global.
Gado Gado Indonesian Cultural Hub merupakan hasil sinergi lintas sektor antara KADIN Indonesia dan jaringan kreatif nasional yang dikenal sebagai Gado Gado Cultural Network. Di dalamnya tergabung berbagai platform terkemuka seperti Brightspot Market, IdeaFest, Jakarta Fashion Week (JFW), ICAD (Indonesia Contemporary Art & Design), ADGI Design Week, Indonesia Dessert Week (IDW), CAKRA, serta Dewan Kuliner Indonesia (DKI).
Kolaborasi ini membentuk jejaring strategis yang tidak hanya mempertemukan pelaku industri kreatif, tetapi juga menumbuhkan pertukaran ide, inovasi, dan kerja sama lintas sektor.
“Gado Gado Indonesian Cultural Hub mencerminkan kekuatan identitas Indonesia yaitu kesatuan dalam keberagaman. Setiap elemen kreatif dari seni, mode, desain, hingga kuliner berpadu menciptakan rasa nasional yang autentik sekaligus relevan secara global,” ujar Rahayu Saraswati, Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Kebudayaan.
Terinspirasi dari filosofi hidangan gado-gado, yang memadukan beragam bahan menjadi cita rasa harmonis, inisiasi ini menegaskan bahwa keberagaman adalah kekuatan utama industri kreatif Indonesia. “Gado Gado adalah tentang keterhubungan.
Seperti Brightspot, inisiatif ini mempertemukan kreator, brand, dan ide yang membentuk denyut budaya urban kita. Kolaborasi bukan sekadar tren; inilah fondasi ekonomi kreatif yang kuat secara lokal dan relevan secara global,” tambah Anton Wirjono, pendiri Brightspot.
Kolaborasi ini memberikan ruang yang lebih luas bagi ekspresi budaya Indonesia. “Fashion adalah cara bercerita, dan Gado Gado memberikan panggung yang lebih besar bagi kisah itu. Kolaborasi ini mencerminkan bagaimana ekspresi budaya kita dapat membentuk masa depan soft power Indonesia,” ujar Svida Alisjahbana, pendiri Jakarta Fashion Week.
Gado Gado Indonesian Cultural Hub bukan hanya ruang pamer, melainkan gerakan budaya berkelanjutan yang bertujuan untuk memperkuat identitas bangsa melalui kolaborasi kreatif.
Ada empat tujuan utama yang diusung: mendorong pertumbuhan industri budaya, memperkuat ekspresi budaya Indonesia di level global, membangun citra bangsa lewat soft power, dan menciptakan ekosistem kreatif yang inklusif serta berkelanjutan.
“Budaya kuliner adalah salah satu bentuk penceritaan paling kuat yang kita miliki. Melalui Gado Gado, kita merayakan makanan bukan hanya sebagai rasa, tetapi sebagai identitas yang mempersatukan cita rasa, daerah, dan generasi,” ungkap Gupta Sitorus, Presidium Dewan Kuliner Indonesia.
Dalam peluncurannya di IdeaFest 2025, pavilion Gado Gado menjadi ruang yang merayakan kekayaan kreativitas Indonesia. Pengunjung dapat menikmati pameran kurasi, dialog lintas sektor, pertunjukan kuliner, hingga instalasi kolaboratif.
Selain menampilkan karya, pavilion ini juga menjadi titik temu strategis bagi pemangku kepentingan budaya untuk membahas masa depan soft power Indonesia.
Kolaborasi ini juga melibatkan berbagai mitra kreatif seperti Art Moments, MoT (Museum of Toys), JICAF, Cita Tenun Indonesia, Indospace, Purana, Fio, Compass, Bora Soda, PFN, dan Sun Eater, yang semuanya membawa semangat Unity in Diversity ke dalam praktik nyata.
Dukungan sponsor dari BRI, Mandiri, BNI Wondr, BTN, hingga BSI menegaskan peran sektor swasta dalam memperkuat infrastruktur budaya bangsa. Lebih dari sebuah paviliun, Gado Gado adalah gerakan budaya jangka panjang yang menghubungkan tradisi dan modernitas melalui kolaborasi berkelanjutan.
- Ist
“Seni dan desain adalah cermin hidup budaya. Melalui Gado Gado, ICAD melanjutkan misinya menjembatani tradisi dan modernitas, menunjukkan bahwa identitas Indonesia terus berkembang melalui dialog dan imajinasi,” ungkap Diana Nazir, pendiri ICAD.
Dengan semangat “gado-gado”, yang menggabungkan berbagai elemen menjadi satu cita rasa khas—inisiatif ini memperlihatkan bahwa budaya Indonesia bukan sesuatu yang statis, melainkan terus berevolusi.
Gado Gado Indonesian Cultural Hub menjadi jembatan antara warisan dan inovasi, antara lokal dan global, sekaligus penegasan bahwa kolaborasi adalah bahasa baru soft power Indonesia di masa depan. (udn)
Load more