Pedas Banget! Radja Nainggolan Blak-blakan Soal 'Level' Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen yang Bela Timnas Indonesia: Faktanya Mereka Cuma Pemain....
- Instagram - @radja_nainggolan_l4 / Antara / tvOnenews.com - Taufik Hidayat
tvOnenews.com - Radja Nainggolan menyoroti perubahan besar yang dialami Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen sejak membela Timnas Indonesia.
Dalam sebuah wawancara di kanal YouTube Junior Vertongen, eks gelandang AS Roma itu mengaku kagum dengan bagaimana dua pemain berdarah Belanda-Indonesia tersebut mendapat sorotan luar biasa setelah mengenakan seragam Garuda.
Ia menilai, status mereka yang dulu hanya dikenal di level klub Eropa kini berubah total karena dukungan luar biasa dari masyarakat Indonesia.
Menurut Radja, transformasi Sandy dan Ragnar bukan hanya soal performa di lapangan, melainkan juga efek popularitas yang begitu besar di luar arena.
Ia bahkan menyebut, penggemar sepak bola Indonesia memiliki semangat yang luar biasa dalam mendukung para pemain naturalisasi.
“Jika kalian melihat Sandy Walsh, jika melihat Ragnar Oratmangoen, faktanya, mereka pemain sepak bola biasa. Namun orang-orang itu sangat dihormati di sana [Indonesia],” ujar Radja dalam wawancara tersebut.
- Tangkapan layar youtube Junior Vertongen
Ia pun menambahkan, pengalaman dua pemain itu adalah bukti nyata betapa besarnya cinta masyarakat Indonesia terhadap tim nasionalnya.
Radja Nainggolan juga mencontohkan lonjakan popularitas yang dialami Sandy Walsh di media sosial setelah membela Timnas Indonesia.
Sebelum bergabung, kata Radja, jumlah pengikut Sandy masih tergolong kecil. Namun, setelah tampil bersama skuad Garuda, namanya melejit di dunia maya.
“Misalnya Sandy Walsh memiliki 5000, 6000, atau 10 ribu pengikut, saya tidak tahu. Sekarang dia memiliki tiga juta pengikut karena dia bermain di Timnas Indonesia. Oratmangoen juga sama persis,” ujarnya. Ia bahkan menyebut para suporter Indonesia sebagai kelompok yang “sangat baik dan sangat manis” karena begitu menghargai para pemainnya.
Sebagai seseorang yang juga memiliki darah Indonesia dari sang ayah, Radja tak menutupi kekagumannya terhadap atmosfer sepak bola Tanah Air.
- tvOnenews.com - Taufik Hidayat
Dalam wawancara itu, ia secara jujur mengatakan bahwa jika diberi kesempatan memilih, ia tidak akan ragu membela Timnas Indonesia di masa lalu.
“Sekarang saya katakan setiap hari, bukan karena saya membenci Belgia, karena saya melalui semua masa muda di Belgia, tetapi karena respect yang saya dapatkan di Indonesia, saya memilih Indonesia 100 persen,” ujar pemain berusia 37 tahun tersebut.
Radja menilai, penghormatan yang diterima para pemain naturalisasi di Indonesia jauh melampaui ekspektasi.
Ia menyebut bagaimana publik memberikan sambutan luar biasa hingga membuat para pemain seperti Sandy dan Ragnar “tenggelam dalam rasa hormat” itu.
“Mereka hanya pesepak bola biasa, di negara yang besar. Tapi rasa hormat yang diberikan orang-orang di sana padamu, kamu akan tenggelam karenanya,” tambahnya.
Pernyataan ini mempertegas bahwa bagi Radja, dukungan emosional dari fans Indonesia adalah sesuatu yang langka di dunia sepak bola modern.
Pengalamannya bermain di Liga 1 Indonesia bersama Bhayangkara FC pada musim 2023–2024 juga meninggalkan kesan mendalam.
Meski hanya bertahan selama enam bulan, Radja mengaku takjub dengan sambutan masyarakat dan atmosfer kompetisi lokal. Dalam 10 pertandingan, ia mencatatkan satu gol dan tiga assist, torehan yang cukup berkesan untuk pemain berstatus bintang dunia.
- REUTERS/Stringer
“Saya diperlakukan dengan sangat baik di Indonesia,” katanya, menggambarkan betapa ramahnya lingkungan sepak bola di Tanah Air.
Tak hanya membahas soal pengalaman pribadi dan kekagumannya terhadap Indonesia, Radja Nainggolan juga menyelipkan kritik tajam terhadap mantan pelatih Timnas Belgia, Roberto Martinez.
Menurutnya, Martinez gagal memaksimalkan potensi generasi emas Belgia yang dihuni pemain-pemain top seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku.
“Roberto Martinez bukan pelatih yang mengerti sepak bola, dia pelatih yang sangat menyedihkan. Belgia bisa saja meraih gelar jika bukan dia pelatihnya,” ucap Radja dengan tegas.
Ia menilai selama era Martinez, Belgia kehilangan identitas permainan. “Tidak ada taktik, tidak ada strategi. Ketika buntu, maka hanya oper kepada Hazard atau De Bruyne atau Lukaku,” tambahnya.
Kritik itu sekaligus menjadi cerminan karakter Radja yang dikenal blak-blakan dan selalu berbicara apa adanya.
Melalui wawancara tersebut, Radja Nainggolan berhasil membuka perspektif baru tentang bagaimana Timnas Indonesia kini menjadi daya tarik bagi pemain-pemain diaspora.
Ucapan kagumnya terhadap Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen memperlihatkan pengakuan dari figur internasional terhadap pesona sepak bola Indonesia.
Dan yang paling menarik, Radja sendiri tak menutup kemungkinan bahwa jika waktu dapat diulang, ia akan dengan bangga mengenakan seragam merah-putih, demi merasakan cinta besar yang kini dialami oleh para pemain keturunan Indonesia di Eropa. (udn)
Load more