Pedas Banget! Radja Nainggolan Blak-blakan Soal 'Level' Sandy Walsh dan Ragnar Oratmangoen yang Bela Timnas Indonesia: Faktanya Mereka Cuma Pemain....
- Instagram - @radja_nainggolan_l4 / Antara / tvOnenews.com - Taufik Hidayat
“Sekarang saya katakan setiap hari, bukan karena saya membenci Belgia, karena saya melalui semua masa muda di Belgia, tetapi karena respect yang saya dapatkan di Indonesia, saya memilih Indonesia 100 persen,” ujar pemain berusia 37 tahun tersebut.
Radja menilai, penghormatan yang diterima para pemain naturalisasi di Indonesia jauh melampaui ekspektasi.
Ia menyebut bagaimana publik memberikan sambutan luar biasa hingga membuat para pemain seperti Sandy dan Ragnar “tenggelam dalam rasa hormat” itu.
“Mereka hanya pesepak bola biasa, di negara yang besar. Tapi rasa hormat yang diberikan orang-orang di sana padamu, kamu akan tenggelam karenanya,” tambahnya.
Pernyataan ini mempertegas bahwa bagi Radja, dukungan emosional dari fans Indonesia adalah sesuatu yang langka di dunia sepak bola modern.
Pengalamannya bermain di Liga 1 Indonesia bersama Bhayangkara FC pada musim 2023–2024 juga meninggalkan kesan mendalam.
Meski hanya bertahan selama enam bulan, Radja mengaku takjub dengan sambutan masyarakat dan atmosfer kompetisi lokal. Dalam 10 pertandingan, ia mencatatkan satu gol dan tiga assist, torehan yang cukup berkesan untuk pemain berstatus bintang dunia.
- REUTERS/Stringer
“Saya diperlakukan dengan sangat baik di Indonesia,” katanya, menggambarkan betapa ramahnya lingkungan sepak bola di Tanah Air.
Tak hanya membahas soal pengalaman pribadi dan kekagumannya terhadap Indonesia, Radja Nainggolan juga menyelipkan kritik tajam terhadap mantan pelatih Timnas Belgia, Roberto Martinez.
Menurutnya, Martinez gagal memaksimalkan potensi generasi emas Belgia yang dihuni pemain-pemain top seperti Eden Hazard, Kevin De Bruyne, dan Romelu Lukaku.
“Roberto Martinez bukan pelatih yang mengerti sepak bola, dia pelatih yang sangat menyedihkan. Belgia bisa saja meraih gelar jika bukan dia pelatihnya,” ucap Radja dengan tegas.
Ia menilai selama era Martinez, Belgia kehilangan identitas permainan. “Tidak ada taktik, tidak ada strategi. Ketika buntu, maka hanya oper kepada Hazard atau De Bruyne atau Lukaku,” tambahnya.
Kritik itu sekaligus menjadi cerminan karakter Radja yang dikenal blak-blakan dan selalu berbicara apa adanya.
Load more