Pengamat Dorong Pengelolaan Daging Sapi Melalui BUMN, untuk Cegah Permainan Oknum Menahan Penjualan
- Antara
Jakarta, tvOnenews.com - Pengamat Sosial Keagamaan, B. Suyoto Notonegoro menanggapi soal stabil dan cenderung naiknya harga daging sapi di pasaran sejak lebaran Iduladha 2025.
Menurut Suyoto, Tingginya harga daging sapi di pasaran mencapai Rp120.000 per kilogram itu disinyalir karena permainan oknum yang menahan penjualan.
"Tingginya harga daging di pasar ketika stoknya melimpah tentu patut dicurigai karena adanya oknum yang menahan penjualan agar harga daging melambung tinggi," kata Suyoto dalam keterangannya, dikutip Jumat (15/8).
"Jadi, kalau harganya justru naik bahkan tinggi sejak Iduladha, tentu harus dicurigai karena adanya permainan oknum," tambahnya.
Menurut Suyoto, Kondisi itu tidak hanya merugikan konsumen, tetapi juga para pedagang di pasar. Oleh karena itu, wajar saja jika pedagang mendorong pengelolaan daging diserahkan kepada pemerintah ataupun BUMN.
"Tentu pemerintah berupaya mempertahankan stabilitas harga pangan, termasuk daging. Karena kalau sampai terjadi gejolak, maka akan berdampak terhadap daya beli masyarakat dan inflasi," ujarnya.
"Kalau tetap seperti sekarang, di mana pengelolaan daging diserahkan kepada mekanisme pasar atau swasta, maka permainan atau kecurangan untuk keuntungan berlebih seperti ini akan kembali terjadi nantinya," imbuhnya.
Diketahui, harga daging sapi di pasaran masih tinggi berkisar Rp120.000-Rp130.000 per kilogram sejak Lebaran Iduladha 2025, hal itu sebagaimana yang terjadi di Pasar Kemiri Muka Depok dan Pasar Minggu Jakarta Selatan.
Hal tersebut pun berdampak terhadap turunnya permintaan konsumen sehingga pedagang mengurangi jumlah daging yang dijualnya.
Bahkan, tidak sedikit pedagang yang memilih beralih menjadi pedagang daging ayam yang harganya lebih terjangkau.
"Alangkah baiknya masyarakat mendesak pemerintah agar mengambil alih pengelolaan daging sapi melalui BUMN, Jika pemerintah sudah menentukan harga daging maksimal 90 ribu per kilogram, maka sebaiknya sama rata di semua pedagang jadi acuannya rata dan acuannya rata," ujarnya. (dpi)
Load more