Gagasan Sumitro Jadi Fondasi Keberpihakan Ekonomi Presiden Prabowo
- Istimewa
Dalam konteks keberpihakan sosial, Qodari melihat bahwa keberpihakan Prabowo kepada masyarakat menengah ke bawah merupakan kelanjutan dari gagasan Sumitro mengenai keadilan distribusi ekonomi. “Pak Sumitro itu menekankan bagaimana agar kemajuan rakyat, kemajuan bangsa dan negara itu bisa dicapai oleh ilmu-ilmu ekonomi,” kata Qodari. “Tidak mengherankan juga bahwa Pak Prabowo punya keberpihakan yang besar kepada masyarakat Indonesia, terutama menengah ke bawah,” jelasnya.
Saat ditanya mengenai relevansi pemikiran Sumitro dengan arah pembangunan saat ini, Qodari menekankan peran Sumitro sebagai pejuang kemerdekaan yang ikut memperjuangkan diplomasi internasional pada masa awal Republik. “Ketika beliau selesai studi doktoral ekonomi di Belanda, beliau pulang ke Indonesia, Indonesia menuju ke arah kemerdekaan. Pak Sumitro itu berjuang secara diplomasi di luar negeri dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia,” ujar Qodari.
Qodari juga mengutip tulisan Sumitro yang mengkritisi struktur ketimpangan ekonomi masa kolonial sebagai refleksi awal perjuangan keadilan ekonomi. “Beliau pernah menulis bagaimana penduduk pribumi Indonesia itu 98 persen, tapi pendapatannya cuma sekitar 20 persen dari total ekonomi. Kalangan Asia cuma 2 persen tapi menguasai 20 persen. Sementara Eropa itu penduduknya cuma 0,5 persen, tapi menguasai 60 persen ekonomi Indonesia,” jelasnya.
Menurut Qodari, kesadaran akan ketimpangan ini turut diangkat kembali oleh Prabowo dalam berbagai pidato politik dan kebijakan pemerintahannya saat ini. “Pak Prabowo sering mengeluarkan analisa yang kurang lebih sama. Misalnya, 10 persen penduduk Indonesia menguasai 75 persen dari ekonomi Indonesia,” tegas Qodari.
“Jadi intinya, Pak Sumitro ingin Indonesia menjadi negara maju, bangsanya menjadi maju, pendapatannya meningkat. Pada hari ini sedang dikerjakan oleh Pak Prabowo dalam kapasitas beliau sebagai presiden,” jelasnya.
Mengakhiri keterangannya, Qodari menyambut baik terbitnya buku ini sebagai langkah penting untuk menggali kembali warisan pemikiran Sumitro yang masih sangat relevan di era sekarang. “Ini merupakan momentum yang penting, yang bagus dalam menggali pemikiran Pak Sumitro, yang notabene secara tidak langsung kita bisa memahami pemikiran Pak Prabowo,” ujarnya.
Sebagai catatan, Qodari juga menyebut buku serupa pernah diterbitkan pada 1987 dalam rangka ulang tahun Sumitro, namun buku “Jalan Keadilan” menghadirkan pendekatan dan perspektif yang lebih kontekstual dengan tantangan pembangunan hari ini. “Sangat tepat untuk bicara mengenai Pak Sumitro pada hari ini karena memang posisi penting dari seorang Pak Prabowo, di luar bahwa Pak Sumitro sendiri merupakan salah satu ekonom terbesar dan terpenting di Indonesia,” terang Qodari.
Load more