Cerita Agam Rinjani saat Tim Rescue Evakuasi Pendaki Brasil di Jurang Gunung Rinjani, Sempat Berdebat hingga Emosional Meledak
- Instagram/@agam_rinjani
tvOnenews.com - Agam Rinjani mengatakan emosional tim rescue sempat mencekam ketika evakuasi pendaki Brasil, Juliana Marins di Gunung Rinjani.
Ketegangan Agam Rinjani dan tujuh orang tim rescue berlangsung ketika di jurang Gunung Rinjani di tengah proses evakuasi Juliana Marins.
Agam Rinjani mengatakan, emosional seluruh tim yang turun ke tebing kedalaman 600 meter sempat tak terkendali hingga meledak-ledak.
"Sempat agak keras, emosional kan namanya juga orang capek, gini aja deh sebat dulu kita, tenang dulu semua bagaimana kita bisa berpikir," ujar Agam Rinjani dalam podcast YouTube Deddy Corbuzier dikutip tvOnenews.com, Jumat (4/7/2025).
Emosional tim rescue meledak-ledak, kata Agam Rinjani, ketika ia sudah mulai bergerak turun ke tebing.
- Basarnas
Seperti diketahui, Agam Rinjani baru tiba di hari keempat sejak pendaki asal Brasil tersebut terperosok ke jurang Gunung Rinjani.
Pada saat itu, Agam Rinjani tengah berada di Jakarta dan mengalami kendala penerbangan ke Lombok.
Setibanya di Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGN), pria bernama asli Abdul Haris Agam itu bersama Tyo Survival langsung naik ke atas.
Agam menceritakan ketika sudah sampai di lokasi flying camp, ia mempersilakan tujuh orang tim rescue turun ke tebing lebih dulu.
Momen inilah ketegangan mulai mencekam akibat banyak bebatuan besar dan kerikil jatuh dari atas tebing.
"Saya paling terakhir, ketika turun (tim rescue) teriak-teriak di bawah 'bang jangan terlalu gerakan di atas, banyak batu'," jelasnya.
Relawan asal Makassar itu sempat kebingungan ketika hendak turun menyusul rekan-rekannya yang sedang menyusuri tebing mencari korban.
"Bagaimana kita mau diam? Pas turun kita harus bergerak, kalau enggak gerak mana bisa turun," tuturnya.
Agam Rinjani harus ikut turun, namun ketika rafting, teman-temannya mengalami hujan batu yang jatuh dari tebing.
"Karena kondisinya miring (45 derajat), batu itu lepas semua, saya tidak injak pun tali yang goyang menggesek buat batu terlepas. Jadi, aku suruh minggir dulu anak-anak," bebernya.
Agam Rinjani menyebut kejadian tersebut ketika ia dan tim rescue turun ke lokasi tebing kedalaman 400 meter.
Di kedalaman 400 meter, tim rescue masih belum menemukan jenazah pendaki berusia 27 tahun tersebut.
- Instagram/@agam_rinjani
Agam dan tujuh orang tersebut kembali turun ke bawah dengan hati-hati dan hanya mengandalkan peralatan rescue.
Ketika menuju kedalaman 600 meter, perdebatan kembali terjadi di antara tim Basarnas dan SAR gabungan yang turun.
Penyebab emosional tim meledak-ledak, kata Agam, peralatan tali karmantel yang disiapkan kurang panjang untuk sampai ke lokasi.
Akibat kondisi mencekam, Agam Rinjani menenangkan rekan-rekannya bagaimana jasad Juliana bisa diangkat ke atas.
"Kita ambil jalan tengahnya apabila tidak bisa turun ke bawah (Danau Segara Anak), kita kasih pulang ke atas. Kita siapkan tali toh ada yang gulung di atas," terangnya.
Agam mengaku ketika dirinya menemukan jasad Juliana yang sudah berlumuran darah, ia dan tim sempat terkendala naik ke atas.
Beban membawa peralatan dan kebutuhan tali seadanya menjadi pemicu tim rescue yang bertindak kesulitan naik.
Namun berkat kerja sama tim, Agam berhasil mengangkat jasad korban ke lokasi flying camp.
Keberhasilan Agam Rinjani mengangkut jasad Juliana langsung mendapat pujian dunia, terutama warga Brasil dan Indonesia.
Sejak itulah, Agam Rinjani dan tim rescue berhak mendapat uang donasi Rp1,5 miliar dari hasil petisi warga Brasil.
(hap)
Load more