Blak-blakan! Profesor Mulyadi Berani Jujur Bicara soal Kaesang Ikut Rebutan Kursi Ketum PSI
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Partai Solidaritas Indonesia (PSI) resmi menetapkan tiga nama untuk memperebutkan kursi ketua umum partai berlambang mawar merah itu.
Calon ketua umum (caketum) nomor urut 1 adalah Ronald A. Sinaga atau Bro Ron yang mendaftar pada Rabu (18/6/2025).
Bro Ron mendapatkan dukungan dari enam Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) PSI dan 36 Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PSI.
Kemudian, Kaesang Pangarep sebagai petahana mendaftar pada Sabtu (21/6/2025) dan mendapat nomor urut 2.
Putra bungsu Joko Widodo (Jokowi) itu mendapatkan dukungan dari 10 DPW PSI dan 78 DPD PSI.
Lalu, nama caketum PSI terakhir adalah Agus Mulyono Herlambang yang mendapatkan nomor urut 3.
Sebanyak enam DPW PSI dan 24 DPD PSI menyatakan dukungan terhadapnya.
Peneliti Ahli Utama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Prof. Dr. Mohammad Mulyadi, AP., M. Si, menyebutkan sosok Kaesang Pangarep masih menjadi terobosan demokrasi ketika usia muda mampu menduduki posisi ketua umum PSI.
Apalagi ketokohan Kaesang ikut menjadi bukti bahwa kelompok anak muda ialah pasar yang sangat menggiurkan dalam konteks Pemilu.
"Kaesang memang menjadi pilihan yang paling rasional untuk menggapai tujuan itu. Citra Kaesang sebagai sosok anak muda yang sukses, yang dekat dengan kelompok generasi penggila media sosial, tak bisa dinafikan. Apalagi, ia juga putra mantan Presiden," ungkap dia dalam keterangannya, Minggu (29/6/2025).
Dia juga menilai dengan majunya Kaesang sebagai calon Ketua Umum PSI, pengaruh ayahnya tetap masih kuat.
Jokowi memiliki kedekatan simbolis dengan PSI dan itu memberikan Kaesang legitimasi politik yang langsung di mata para kader dan publik.
Namun, situasi ini juga memiliki konsekuensi ganda.
Di satu sisi, nama Jokowi dapat menarik dukungan.
Di sisi lain, publik mungkin melihat langkah ini sebagai bagian dari politik keluarga atau oligarki pemilihan.
"Kaesang tampaknya menyadari dilema tersebut dan memanfaatkannya untuk menekankan pentingnya memberikan ruang bagi generasi muda, bukan hanya sebagai bayangan dari orang tua mereka. Ini bisa dibaca sebagai upaya mendefinisikan ulang posisi politiknya, meskipun tetap dalam orbit kekuasaan," ujar dia.
Load more