Nyalinya Ngeri Juga, John Kei Rupanya Tak Kalah 'Nekat' dengan Hercules: Saya Merasa Jago Kalau Abis....
- Kolase YouTube
tvOnenews.com - Jhon Kei yang dikenal sebagai The Godfather of Maluku rupanya punya nyali yang tak kalah besar dari Hercules, sang Raja Preman Tanah Abang.
Dalam dunia premanisme Indonesia, dua nama yang paling ditakuti selama puluhan tahun adalah Hercules Rosario Marshal dan John Refra Kei.
Meski kini keduanya sudah menjalani transformasi hidup, Hercules menjadi ketua ormas dan John Kei aktif dalam pelayanan rohani, masa lalu mereka penuh jejak kekerasan, dendam, dan pertumpahan darah.
John Kei: The Godfather dari Maluku
Sementara itu, kisah John Refra Kei dimulai dari tanah Maluku. Lahir dari keluarga petani, masa kecilnya diwarnai kemiskinan dan perundungan.
Ia sering dipaksa bertarung oleh seniornya dan sejak kecil terbiasa dengan kekerasan. Pendidikan formalnya terputus karena sering berkelahi.
Di usia 18 tahun, ia nekat menumpang kapal ke Surabaya tanpa tiket, hanya bermodal niat dan keberanian. Karena ketahuan tak membayar, ia pun disuruh bekerja membersihkan kapal.
- Kolase Tvonenews.com
Setelah menetap sementara di Surabaya, John Kei pindah ke Jakarta. Titik balik hidupnya terjadi pada 1992 ketika bekerja sebagai satpam di tempat hiburan malam.
Suatu malam, saat melerai keributan, ia dipukul dari belakang. John sempat pulang, tapi karena dendam, ia kembali dengan parang dan menyerang lawannya hingga tewas.
Ia mengakui: “Awalnya saya hanya ingin kasih luka, tapi ternyata kena leher. Mati.”
Insiden itu memicu rangkaian kekerasan lain. Ia mengejar beberapa orang lain yang terlibat dan melukai mereka.
Dalam wawancara bersama Andy F. Noya di Kick Andy (2019), John mengakui bahwa membunuh membuatnya merasa "jago."
Saat itu, usianya baru 22 tahun. Setelah menjadi buron, ia akhirnya menyerahkan diri ke polisi dan mendekam di penjara. Bahkan di balik jeruji, ia tetap sering terlibat perkelahian.
Hercules: Dari Pejuang Timtim ke Penguasa Tanah Abang
Hercules lahir di Timor Timur dan awalnya terlibat dalam operasi militer Indonesia sebagai tenaga sipil bantu TNI. Namun, sebuah insiden tragis mengubah jalan hidupnya.
Tangannya terluka parah dan harus diamputasi saat terlibat dalam baku tembak. Setelah menjalani perawatan di RSPAD Gatot Subroto, Hercules kabur dari rumah sakit karena tak tahan.
- Tangkapan layar
Ia kemudian merantau ke Jakarta dan tinggal di kolong jembatan Tanah Abang daerah yang kelak menjadi pusat kekuasaannya sebagai preman besar.
Hidup keras membuatnya membentuk mental bertahan yang ekstrem. Dalam buku Kick Andy: Kumpulan Kisah Inspiratif, ia blak-blakan berkata, “Daripada saya dibunuh, lebih baik saya membunuh duluan.”
Sosoknya yang keras dan keberaniannya menghadapi segala bentuk ancaman menjadikan namanya dihormati sekaligus ditakuti.
Namun, setelah puluhan tahun hidup dalam dunia kekerasan, Hercules akhirnya mengalami pertobatan. Ia menjadi mualaf, rajin mengikuti kajian, dan aktif dalam kegiatan sosial.
Meski begitu, sikap dan ucapannya kadang masih menuai kontroversi.
Baru-baru ini, pernyataannya membuat beberapa purnawirawan TNI marah, termasuk Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo dan Letjen (Purn) Sutiyoso.
Ormas yang dipimpinnya, GRIB Jaya (Gerakan Rakyat Indonesia Baru), bahkan sempat ditolak keberadaannya di Bali.
Dunia Premanisme dan Dua Jalan Pertobatan
Kisah Hercules dan John Kei adalah potret nyata kerasnya dunia premanisme di Indonesia, dunia yang tumbuh karena ketimpangan sosial, lemahnya penegakan hukum, dan suburnya konflik horizontal.
Keduanya pernah menjadi simbol kekuasaan informal di Jakarta, menguasai wilayah tertentu dengan tangan besi.
Namun, waktu tampaknya melunakkan hati mereka. John Kei kini menjalani hidup dengan lebih tenang di penjara dan aktif mengikuti kegiatan keagamaan.
Ia sering membagikan kisah hidupnya kepada sesama narapidana sebagai bentuk refleksi dan peringatan agar tak mengulangi jejak yang sama.
Di sisi lain, Hercules menjadi tokoh sentral dalam GRIB Jaya, organisasi masyarakat yang kerap menunjukkan kedekatannya dengan kekuatan politik nasional.
Meski ia kini lebih sering tampil dalam kegiatan keagamaan dan sosial, bayang-bayang masa lalunya masih melekat kuat di benak publik.
- IST
Perbandingan Dua Legenda Jalanan
Keduanya sama-sama tumbuh dalam kemiskinan, bertarung untuk bertahan hidup, dan menjadikan kekerasan sebagai jalan hidup.
Namun, latar belakang mereka berbeda. Hercules adalah produk dari konflik militer di Timor Timur dan kedekatannya dengan aparat keamanan, sedangkan John Kei muncul dari kerasnya kehidupan urban dan konflik antarkelompok di Jakarta.
Dalam urusan "wilayah kekuasaan," Hercules menguasai Tanah Abang, pusat perdagangan terbesar di Jakarta.
John Kei lebih dikenal sebagai penguasa dunia malam dan memiliki jaringan hingga ke kelompok Ambon di Jabodetabek.
Keduanya sama-sama menjalani masa penjara dan kini tengah menapaki jalan berbeda: satu menjadi ketua ormas, satu menjadi penginjil di balik tembok tahanan. (udn)
Load more