Jakarta, tvOnenews.com - Omongan pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong soal bobroknya penyelenggaraan Piala AFF 2024 ternyata terbukti benar.
Suporter Thailand pun mengeluhkan hal sama dengan Shin Tae-yong soal jadwal Piala AFF 2024, yang terlalu menguras energi pemain.
Seusai pertandingan Grup B antara Vietnam menghadapi Timnas Indonesia pada Minggu (16/12/2024), Shin Tae-yong mengeluh kelelahan.
"Sebagai seorang manajer, saya masih merasa sangat lelah dan letih," ujar STY dalam sesi jumpa pers setelah pertandingan.
Pelatih asal Korea Selatan ini pun tidak bisa membayangkan para pemain, ketika harus bertanding dengan jeda waktu singkat.
"Saya tidak dapat membayangkan betapa lelahnya para pemain. Para pemain mengeluh dan mengatakan bahwa ada begitu banyak kelelahan pada otot mereka. Ini sangat sulit," katanya.
Keluhan STY tentu wajar, karena Timnas Indonesia menjalani tiga pertandingan di Piala AFF 2024 hanya dalam kurun waktu tujuh hari.
Lebih gilanya lagi, para pemain harus terbang dari satu negara ke negara lainnya dengan durasi perjalanan yang sangat panjang.
Oleh karena itu, di menyarankan agar AFF mengubah format kompetisi tersebut menjadi home tournament seperti beberapa tahun lalu.
"Jika AFF ingin setiap tim mengadakan pertandingan setiap tiga hari, saya sangat menyarankan agar satu negara mengadakan babak penyisihan grup. Setelah semifinal atau final sama seperti sekarang, pertandingan kandang dan tandang," tutup dia.
Seolah diamini, pernyataan Shin Tae-yong tersebut diperkuat oleh salah satu jurnalis asal Thailand dengan akun media sosial Facebook, Jingjung.
Menurut dia, Piala AFF merupakan turnamen paling berat sedunia dengan jadwal yang sangat padat hingga membuat pemaini kelelahan.
"Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa Kejuaraan AFF adalah “turnamen sepak bola internasional terberat di dunia.”
"Ketangguhannya bukan berasal dari kualitas kompetisi tetapi dari jadwal yang ketat, yang sama sekali mengabaikan kondisi fisik pemain," tulis Jingjung.
Salah satu hal yang dikritisi olehnya adalah soal jadwal padat bagi setiap tim peserta.
"Tidak ada turnamen lain di dunia yang memaksa tim bermain setiap 3 hari sementara juga mengharuskan mereka melakukan perjalanan internasional tanpa henti, sehingga hampir tidak menyisakan waktu untuk istirahat," tulisnya.
Dia pun membandingkan dengan Piala Dunia yang ternyata memiliki jumlah pertandingan lebih sedikit dari Piala AFF untuk menjadi juara.
"Untuk memenangkan Piala Dunia FIFA, sebuah tim harus memainkan 7 pertandingan. Namun, untuk memenangkan Kejuaraan AFF, sebuah tim harus memainkan 8 pertandingan," tulisnya.
Selain itu, dia juga menyoroti soal waktu pemulihan pemain antara Piala Dunia dan Piala AFF yang begitu kontras.
"Dalam Piala Dunia FIFA, tim yang masuk babak sistem gugur diberi waktu pemulihan yang cukup. Misalnya, Argentina, juara Piala Dunia terkini, memiliki waktu istirahat selama 6 hari antara Babak 16 Besar dan perempat final, 4 hari sebelum semifinal, dan 5 hari sebelum final."
"Namun, di Kejuaraan AFF, jadwalnya sangat padat. Setelah babak pertama semifinal, ada jeda selama 3 hari sebelum babak kedua. Tiga hari kemudian, babak pertama final berlangsung, diikuti oleh tiga hari lagi sebelum babak kedua. Tidak ada waktu untuk bernapas atau waktu pemulihan yang cukup sama sekali."
"Pelatih tentu ingin menurunkan kesebelasan terbaiknya di setiap pertandingan, tetapi dengan jadwal yang padat, tubuh pemain tidak mampu mengatasinya, sehingga memaksa pelatih mengandalkan rotasi," katanya.
Terakhir adalah soal format turnamen yang menggunakan sistem kandang-tandang. Hal ini memaksa tim harus bepergian sangat jauh.
"Piala Dunia FIFA umumnya diselenggarakan di satu negara, membuat perjalanan menjadi relatif mudah," tulisnya.
"Ambil contoh Piala Dunia baru-baru ini di Qatar. Selama Babak 16 Besar, Argentina bertanding melawan Australia di Al Rayyan. Di babak perempat final, mereka menghadapi Belanda di Lusail. Kedua tempat ini hanya berjarak 18 menit berkendara, sehingga para pemain dapat menginap di hotel yang sama selama turnamen berlangsung dengan gangguan minimal."
"Sebaliknya, selama semifinal Kejuaraan AFF, Thailand harus terbang ke Manila untuk pertandingan leg pertama melawan Filipina, yang memakan waktu 3,5 jam penerbangan. Tepat setelah pertandingan, mereka terbang kembali ke Thailand, yang memakan waktu 3,5 jam perjalanan lagi. Para pemain menjalani rutinitas perjalanan yang melelahkan, termasuk melewati imigrasi, pemeriksaan bagasi, menunggu penerbangan, dan terus-menerus berpindah hotel. Kelelahan yang luar biasa tidak terbayangkan." pungkasnya. (fan)
Load more