Pemilihan metode SFO digunakan untuk melakukan pemeliharaan pada perkerasan fleksibel yang mengalami kerusakan berupa alur dan lubang, dengan dilakukannya pekerjaan SFO diharapkan kondisi perkerasan fleksibel dapat bertahan dalam kondisi baik lebih lama. Sedangkan metode rekonstruksi rigid digunakan untuk pemeliharaan pada perkerasan rigid yang mengalami retak dan/atau deformasi, dengan dilakukannya pekerjaan rekonstruksi rigid diharapkan kondisi perkerasan kaku dapat kembali seperti semula.
“Dengan metode tersebut, maka kualitas Tol Terpeka akan menjadi lebih baik sehingga memitigasi terjadinya pemeliharaan berulang dalam jangka panjang. Selain itu, diharapkan dapat juga mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan, serta memberikan rasa aman dan nyaman pengguna jalan selama periode Nataru ini,” tambah Adjib.
Tidak hanya dari sisi pemeliharaan pada mainroad, Hutama Karya juga memastikan fasilitas di rest area seperti toilet, ruang menyusui, mushola, hingga tempat makan tetap dalam kondisi bersih serta diawasi secara rutin agar nyaman untuk digunakan.
Sementara dari sisi operasional, sejumlah strategi untuk mencegah kecelakaan selama libur Nataru juga disiapkan oleh perusahaan meliputi Operasi Microsleep yang dilaksanakan di titik-titik rawan kecelakaan; Operasi Simpatik berupa pembagian snack dan kopi gratis kepada pengguna jalan terutama di titik istirahat, sebagai langkah antisipasi kelelahan dan mengantuk; Operasi Over Dimension Overload (ODOL) di gerbang tol utama untuk memastikan kendaraan tidak membawa muatan berlebih; penambahan Pos Pengamanan dan Posko Kesehatan bekerja sama dengan Kepolisian dan instansi terkait; hingga pemasangan rambu peringatan dan Variable Message Sign (VMS) di lokasi rawan kecelakaan dan titik pemeliharaan agar pengemudi lebih waspada.
“Dengan sejumlah strategi tersebut, harapannya kami dapat menekan angka kecelakaan selama libur Nataru dapat ditekan seminimal mungkin hingga zero fatality,” terang Adjib.
Load more