Masih Relevankah Profesi Wartawan Ketika Semua Orang Dapat Membuat Berita Sendiri dengan Artificial Intelligence
- Istimewa
Imam Wahyudi mencontohkan, regulasi seperti apa yang dibutuhkan untuk melindungi masyarakat dari dampak negatif AI? ”Sabuk pengaman” seperti apa pula yang perlu disiapkan pemerintah, tanpa berpretensi mereduksi segi-segi positif AI di berbagai bidang.
Lebih jauh, Imam menunjuk pentingnya antisipasi terkait proses pengajaran disiplin ilmu komunikasi di perguruan tinggi ketika mahasiswa begitu mudah menjawab pertanyaan dengan bantuan ChatGPT. Semisal dengan penyesuaian atau perubahan kurikulum.
”Ketika orang secara otodidak dimungkinkan menjadi wartawan atau praktisi periklanan, apakah mereka masih memerlukan jenjang pendidikan formal? Atau, pendidikan formal yang mesti merumuskan ulang relevansi dirinya sendiri?” urai Imam, menyebut deretan pertanyaan yang masih terbuka untuk dibicarakan dan dibahas.(chm)
Kongres Publikom Gama
Seminar yang terbuka untuk umum ini diselenggarakan Publikom Gama berkolaborasi dengan Departemen Ilmu Komunikasi Fisipol UGM, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), dan LPP TVRI.
Gelaran seminar itu sendiri merupakan bagian dari hajatan Kongres II Publikom Gama dengan agenda utama memilih ketua umum dan pengurus baru untuk masa bakti 2024-2029. Rangkaian kongres ditutup dengan temu alumni lintas angkatan yang dikemas dengan ”gaya Jogja”, baik sajian acara maupun kulinernya.
”Puncak kegiatan ini diharapkan bisa menjadi forum untuk mempertemukan alumni lintas angkatan. Lebih dari sekadar reunian, acara ini juga potensial untuk membangun jejaring dan kebersamaan lintas-generasi maupun lintas-profesi,” kata ketua panitia Ian Agisti Dewi Rani.(chm)
Load more