Kritik Keras soal Harga BBM Naik, Rocky Gerung: Kesaktian Jokowi...
- Istimewa
Jakarta, tvOnenews.com - Seorang akademisi tersohor di Indonesia, Rocky Gerung berikan kritik kerasnya terhadap Presiden Jokowi. Hal ini lantaran harga BBM non subsidi alami kenaikan.
Mirisnya lagi, kenaikan harga BBM tersebut bertepatan di hari Kesaktian Pancasila, 1 Oktober 2023.
Sontak hal itu pun menuai komentar netizen hingga komentar Akademisi, Rocky Gerung.
Dalam komentarnya, Rocky Gerung mengajak publik untuk merenungkan sedikit apa sebetulnya makna sejarah dari 1 Oktober (Hari Kesaksian Pancasila).
"Bahwa ada kejadian sebelum 30 September, orang mengetahui itu. Tetapi, mesti kita kaitkan dengan keadaan sekarang, yaitu ide perubahan," kata Rocky Gerung seperti yang dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official, Minggu (1/10/2023).
"Satu Oktber adalah garis batas, yang kemudian menjadikan bangsa ini mengingat peristiwa 30 September itu, seperti permulaan dimulainya tentang ide pembangunan, perubahan dan kemakmuran seterusnya," sambungnya menjelaskan.
Hal ini lantaran kata Rocky Gerung, masyarakat mengetahui bahwa di zaman Bung Karno ada politik otoriter.
"Di mana Bung Karno mengangkat dirinya jadi presiden seumur hidup dan ada inflasi sampai 6 persen, serta orang antre bahkan untuk beli beras, dan beli kebutuhan pokok itu," jelas Rocky Gerung.
Akan tetapi saat ini, ketika publik menikmati semacam keterbukaan politik. "Politik justru ditutup oleh kesaktian Jokowi," imbuhnya.
Hal ini karena Jokowi orang yang sangat sakti, sehingga ketua-ketua partai tunduk padai dia. Bahkan, mirisnya PDIP yang merupakan rumah tempat Jokowi bermukim secara ideologis.
"Justru, tunduk pada Jokowi yang adalah petugas partai. Jadi agak ajaib bahwa petinggi-petinggi PDIP itu menunggu perintah atau sinyal petugas dia sendiri, itu ngapain," ungkap Rocky Gerung kepada Jurnalis Senior, Hersuben Arief.
Seharunya, pertugas partai memberikan laporan, lalu diambil keputusan. Bukan keputusan itu ditunggu dibuatkan oleh petugas partai.
"Dan di situ konyolnya. Jadi kita balik lagi pada satu Oktober, kita mulai memikirkan bahwa keadaan satu Oktober itu, menjadi pintu masuk untuk menghabisi sebetulnya sisa-saia feodalisme, sisa-sisa arogansi pada presiden Bung Karno sendiri itu," pungkas Rocky Gerung.
Load more