Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, dalam mengantisipasi pengaruh fenomena El Nino, Kementan menyiapkan berbagai langkah antisipasi dini, memitigasi risiko maupun adaptasi kegiatan budidaya terhadap fenomena El Nino serta kolaborasi dengan berbagai pihak.
“Prediksi BMKG, tahun ini El Nino akan lebih berdampak pada wilayah Pulau Jawa, NTB, Bali, atau Sumatera Selatan. Sedangkan wilayah-wilayah tersebut merupakan sentra produksi pertanian terbesar di Indonesia. Semoga Gernas El Nino ini berjalan optimal” tutur Mentan SYL.
Berdasarkan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sebagian besar wilayah di Indonesia telah memasuki musim kemarau dan puncaknya diprakirakan terjadi pada bulan Agustus, dan September 2023. Kondisi juga diperparah dengan terjadinya El-Nino Lemah Moderat pada Juni-Juli lalu, sehingga sebagian besar wilayah mengalami kondisi curah hujan yang sangat rendah.
Menurut Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian, Suwandi menyampaikan El Nino menyebabkan dampak langsung terhadap sektor pertanian, diantaranya kekeringan, perubahan musim tanam, serangan OPT, resiko produksi produktivitas, dan lainnya.
Karenanya, ungkap Suwandi, pihaknya telah menyiapkan sejumlah strategi. Mulai dari gerakan percepatan tanam, gerakan pengendalian Organisne Pengganggu Tumbuhan (OPT) sebagai upaya pengendalian hama dan penyakit tanaman, hingga gerakan penanganan dampak perubahan iklim (DPI).
Adapun aksi nyata yang dilakukan adalah dengan kordinasi, pendataan atau pemetaan wilayah, penyediaan sumber pengairan, distribusi benih, distribusi pupuk, gerakan percepatan tanam, gerakan penanganan kekeringan dan gerakan pengendalian OPT, pengawalan asuransi dan pembiayaan KUR petani, panen dan pascapanen serta offtakernya.(chm)
Load more