Bocorkan Aset Terbesar Negara Indonesia, Anies Baswedan: Bukan Mineral, Gas dan Minyak, Tetapi...
- tim tvone
Sambungnya menjelaskan, bahwa dirinya pernah menjabat sebagai kepala daerah, sering bersentuhan dengan kewenangan dalam dunia kesehatan, pendidikan itu, tentunya berada di daerah.
Sementara menurutnya, di pemerintahan pusat, itu hanya memberikan garis-garis kebijakan. Maka dari itu begitu penting sekali menjadi pusat perhatian.
"Lalu, soal pendidikannya, berarti berbicara unsur, yakni unsur sekolah, dan ada unsur sekolah. Jadi bagaimana orang tua mendidik anak lebih baik. Jadi ada peran orang tua di situ, karena orang tua adalah pendidik utama bagi anak, tetapi orang tua pendidik yang tak tersiapkan. Maka dari itu, perlu juga bekal bagi orang tua," pungkasnya.
Sementara yang kedua, yakni yang sekolah. Dia katakan, jika bicara sekolah, harus dipastikan soal jumlah bangku yang sesuai jumlah anak.
Bicara jumlah bangku, tak terlepas dengan PPDB yang ramai saat ini diperbincangkan. Jadi, dia katakan, akar masalah PPDB itu adalah ketidak tersediannya jumlah bangku yang disediakan.
"Karena tidak sesuai dengan jumlah kebutuhannya. Jadi bangku SD kelas 1 harus sama dengan jumlah SMP kelas 1 dan juga harus sama jumlahnya dengan SMA dan SMK kelas 1. Sehingga setiap anak masuk SD dia punya bangku sampai duduk kelas 12," beber Anies Baswedan.
Meskipun saat ini, dia katakan wajib belajar masih sembilang tahun. Namun, menurut dia pemerintah harus menyiapkan sampai ke sana.
"Jadi apa yang perlu dilakukan, penambahan SMP, SMA SMK di banyak tempat. Bisa polanya satu atap, pagi dipakai SD, sore dipakai SMP, jika mau lebih cepat. Atau bisa membangun SMP Impres dan SMA Impres. Sehingga ada percepatan pembangunan SMP dan SMA," katanya.
Selanjutnya, dia jelaskan tentang belajar dan mengajarnya. Di mana kurikulum saat ini sudah ada dan dijalankan dan jangan selalu ganti-ganti kurikulum, tetapi fokus kepada peningkatan kualitas guru.
"Karena guru itulah kuncinya, jika tanya sama anak-anak, dia suka gurunya atau mata pelajarannya, pasti karena gurunya. Jarang kita suka karena bukunya, jadi gurulah yang menyukai sebuah mata pelajaran," pungkasnya.
Load more