Cara Ampuh Menghasilkan Uang Ratusan Juta Rupiah dari Sampah Botol Plastik ala Pengusaha Bekasi Mohammad Baedowy
- Aminah Chaerani
“PET adalah semua botol plastik air minum dalam kemasan. PP adalah semua merek gelas plastik, nantinya bisa jadi tali raffia atau karung. LD plastik seperti bekas botol infus dan bekas tutup galon, bahannya lembek. Sedangkan HDPE adalah plastik bekas botol oli, botol sampo, botol sabun, botol losion. Cara menggilingnya harus dipisahkan sesuai jenis dan warnanya masing-masing. Mengapa? Karena harga beli bahan baku sampah plastik dan harga jual plastik itu berbeda-beda. Seperti apel, meski sama-sama apel, tetapi harga apel merah dengan apel hijau, berbeda,” katanya kepada para tamu.
Baedowy menyediakan waktunya untuk orang-orang yang ingin belajar mengolah plastik setiap Sabtu di pabriknya.
Mengapa Tertarik Mengolah Sampah Plastik?
Muhammad Baedowy memulai kariernya sebagai auditor di sebuah bank asing di Jakarta, Royal Bank Scotland. Namun setelah tiga tahun bekerja di sana, terjadi gejolak Y2K (Year 2 Kilo), sebuah permasalahan penghitungan komputer. Kala itu beberapa temannya tertekan karena akan dirumahkan.
Tak mau menggantungkan nasibnya pada perusahaan, MB justru memilih berhenti dari bank itu. Dia kemudian bertemu dengan pengusaha pengolahan sampah yang membuatnya tertarik menekuni hal yang sama.
“Alasannya sederhana, Bro, makanan kalau enggak laku, risikonya apa? Basi. Buah-buahan kalau enggak laku, busuk. Hewan ternak risikonya? Mati. Nah kalau sampah plastik, aman. Enggak dijual dua tahun? Aman,” ujarnya.
Perjalanan bisnisnya tentu saja tak mudah. Baedowy jatuh bangun sampai pernah bangkrut. Mesin yang dia beli untuk menggiling plastik, rusak. Kena tipu pengepul plastik pun pernah. Namun dia tidak pernah menyerah, sehingga besar seperti sekarang.
Dia mengingatkan kepada yang muda untuk bersabar saat berwirausaha.
“Kelemahan anak-anak muda sekarang itu maunya instant, dia melihat contoh yang sudah sukses. Jangan seperti itu, kerjakan dulu yang kecil-kecil. Karena kalau terbiasa, pasti bisa jadi besar. Seremeh apapun, itu pekerjaan dari Tuhan,” tuturnya.
Sejak mulai mengolah sampah di usia 27 tahun, ayah dari tiga anak ini pernah menjadi juara Wira Usaha Terbaik se-Indonesia 2009, meraih Soegeng Sarjadi Award on Good Governance 2010, mendapatkan penghargaan Industri Hijau Tingkat Nasional 2010 Kementerian Perindustrian, peraih Piagam Penghargaan Kalpataru 2010 dari Kementerian Lingkungan Hidup RI, memperoleh penghargaan Indonesia ASEAN Young Green Soldier 2011, Country Winner Malaysia-China Chamber of Commerce Green Award 2013 Kuala Lumpur, dan lain-lain.
Load more