25 Tahun Reformasi: Cerita Dari Balik Lensa, Oscar Motuloh: Saat Itu Seperti Ada Dendam Yang Tak Tertampung Hukum
- sumber: alpha.matawaktu.org/Foto: Oscar Motuloh
Menurut gue ada semacam kesumat, dendam yang belum bisa diterjemahkan dengan baik oleh undang undang dan hukum pemerintah pada waktu itu. Jadi yang ada hanya amuk saja. Kita juga tidak tahu, apakah hanya mereka, atau orang orang di sekitar itu yang mengendalikannya.
Berdasarkan fakta di lapangan bagaimana situasinya? Itu kemarahan spontan?
Kalau gue lihat, spontan sih spontan, tetapi kan gak mungkin melihat orang berani masuk bangunan, bakar sana, rusak sini, kalau itu dilakukan orang awam. Jika melihat kasat mata memang kurang lebih seperti itu, spontan.
Ada cerita lain yang berkesan di sekitar Mei 1998?
Karena tugas gue lebih banyak urus anak anak, jadi tidak terlalu penuh di lapangan. Perhatian gue memantau anak anak biar selamat. Jadi ada hal yang lebih penting selain gambar gambar yang mereka peroleh sebagai fakta.
Bagaimana perlakuan tentara ketika itu pada fotografer?
Tidak ada intimidasi, justru kita harus hati hati. Saat itu keamanan justru hilang, kita tak melihat ada pengamanan. Gue gak tahu ya jika berpakaian preman.
Saat itu kan kerusuhan ada di puluhan titik, satu juta orang diduga terjun ke lokasi rusuh, bagaimana bisa meliput itu semua?
Kebetulan saat itu banyak rekrutan baru, fotografer muda yang bergairah di lapangan. Mereka juga bergaul dengan luas karena mereka baru lulus dan punya kontak dengan banyak orang. Mereka bisa mendapat informasi dari teman kampusnya sendiri, dari teman wartawan Istana, bahkan dari intelijen. Ini sebenarnya akibat hubungan kekerabatan, semua ngumpul bersama di Galeri Foto Jurnalistik Antara (GFJA) setelah dari lapangan. kita saling melihat hasil foto dari lapangan. Ketika itu belum ada hoax loh.
Bagaimana refleksi setelah 25 tahun reformasi?
Kira kira refleksinya, saat ini kita tidak ke mana mana, tidak ada bosnya. Stagnan. Sayang jika gerakan reformasi yang punya nilai luhur, belum bisa dilaksanakan hingga hari ini. Kita berharap ke depannya pesan gerakan reformasi ini hidup kembali, diadaptasi generasi muda.(bwo)
Load more