Kulonprogo,DIY - Berawal dari hobi mantan guru honorer di Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sukses jadi jutawan berkat berternak merpati hias asal Eropa.
Yudi sapaan akrab Ambar Wahyudi dulunya merupakan guru kelas 3 di SDN Butuh, Kalurahan Bumirejo, Kecamatan Lendah, Kulonprogo. Profesi itu ia geluti selama kurang lebih 9 tahun terhitung sejak awal 2000 an.
Ia memutuskan keluar dari guru honorer lantaran upah guru non PNS waktu itu sangat rendah. Sementara ia sudah berkeluarga dan memiliki satu orang anak yang harus dihidupi. Langkah mundur ini juga dilandasi keinginannya untuk fokus beternak merpati hias yang awalnya sebatas penghasilan tambahan, belakangan justru berkembang pesat.
"Kebetulan usaha sampingan saya ini berkembang pesat. Banyak konsumen yang datang langsung ke rumah pas saya lagi ngajar, jadi ya saya terpaksa izin pulang. Karena sering pulang ini saya jadi gak enak sama murid-murid saya. Tapi kalau harus meninggalkan usaha ini saya juga berat, soalnya jika mengandalkan guru waktu itu (pendapatan) kurang banget, buat beli susu anak aja susah," ungkap Yudi.
"Akhirnya saya bilang sama istri (untuk mundur dari guru) dan Alhamdulillah istri juga mendukung ya udah saya memutuskan keluar dan fokus ternak itu," imbuhnya.
Awalnya Yudi fokus beternak merpati hias lokal, salah satunya jenis ekor kipas. Usaha ini terbilang cukup sukses, dan menghasilkan banyak pundi-pundi rupiah. Sepasang merpati jenis ini dihargai sekitar Rp 200.000 dan dalam sebulan ia dapat menjual belasan pasang dengan omzet jutaan rupiah.
Sukses beternak merpati hias lokal, Yudi mencoba peruntungannya dengan berternak merpati hias Eropa. Ketertarikannya untuk membudidayakan merpati hias Eropa ini bermula ketika melihat burung merpati jenis Norwitch Copper di laman media sosial.
Pria yang sudah lama jadi pemelihara burung ini pun mencari tahu tentang keberadaan burung tersebut. Namun burung incarannya itu ternyata tidak ada di Indonesia dan harus diimpor dari Jerman. Meski begitu ia tak patah arang. Melalui seorang relasinya di Eropa, Yudi berhasil membeli sepasang norwitch copper, yang harganya waktu itu mencapai Rp 25 juta.
"Karena keterbatasan modal, mampunya ambil ya cuma 2 pasang Itu. Nah ternyata dari Indukan ini bisa berkembang. Setiap bulannya bisa menghasilkan telur antara tiga hingga lima butir," ujar Yudi.
Yang awalnya hanya norwitch copper, kini berbagai jenis merpati hias dari berbagai negara dapat ditemui di peternakan burung milik Yudi. Di antaranya, Fairly Swallow asal Kroasia, Merpati Lahore dan merpati Chenes Owl asal China, serta River Swing Pouter dan merpati Saint asal Amerika. Harga yang dipatok pun cukup wah, yaitu kisaran Rp 3,5 juta hingga Rp 5 juta per pasang.
Dalam sebulan Yudi bisa menjual sekitar 20 pasang merpati hias dengan omzet mencapai Rp50 juta. "Rata-rata omzetnya Rp 40-50 juta. Ini sebelum pandemi Corona. Nah kalau pas masa pandemi ini permintaan meningkat pesat. Beberapa bulan terakhir ini aja saya bisa dapat Rp70-90 juta," ujar Yudi.
Adapun merpati hias ini dipasarkan ke berbagai daerah di Indonesia. Beberapa kali Yudi juga menerima permintaan dari luar negeri.
"Kalau pasarnya cukup luas ya, mulai dari Jawa Barat dan Jawa Timur. Untuk luar negeri pernah saya ekspor ke Malaysia. Sebenarnya di luar itu permintaan banyak banget apalagi yang dari Timur Tengah, cuma karena stok terbatas, jadi belum bisa memenuhi semuanya," ucapnya.
Yudi mengatakan tingginya permintaan merpati hias impor ini tak lepas dari banyaknya peminat sejak beberapa tahun terakhir. Kebanyakan dari mereka adalah kolektor burung. Beberapa yang ditemuinya membeli burung ini untuk keperluan kontes.
"Beberapa tahun terakhir ini memang banyak bermunculan peminat merpati hias, biasanya buat koleksi, ada juga yang untuk keperluan kontes. Saya sendiri sudah sering ikut dan Alhamdulillah selalu juara, jadi mungkin banyak yang tertarik beli burung di tempat saya. Bahkan beberapa waktu lalu ada yang beli burung sekalian sama piala (juara kontes burung) koleksi saya.(Ari Wibowo/rif)
Load more