- viva.co.id
5 Fadilah Menghadiri Majelis Ilmu
Masa lalu adalah tempat belajar sedangkan masa depan adalah di mana seseorang mengaplikasikan pelajaran yang telah didapat. Ungkapan itu mungkin mewakili pentingnya menimba ilmu bagi setiap individu.
Untuk dapat menyelesaikan permasalahan yang muncul di kemudian hari, seseorang harus berilmu. Selain melalui pengalaman sendiri, ilmu - ilmu ini juga dapat diperoleh melalui majelis ilmu.
Selain itu salah satu ciri utama yang membedakan Islam dengan yang lainnya adalah penekanannya terhadap ilmu. Banyak sekali ayat Al - Quran dan hadits Baginda Rasulullah SAW yang menjelaskan pentingnya kepada umat Muslim untuk menuntut ilmu.
Islam juga memberikan posisi khusus pada ulama ahli agama, ilmuwan, dan orang - orang yang berpengetahuan pada derajat yang tinggi. Karena di tangan - tangan orang berilmulah peradaban dibangun dan tiang - tiang agama dapat ditegakkan.
Perintah menuntut ilmu dan janji Allah terhadap orang yang menuntut ilmu tercantum dalam hadits yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا مِنْ رَجُلٍ يَسْلُكُ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِ عِلْمًا إِلَّا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقَ الْجَنَّةِ وَمَنْ أَبْطَأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ
Dari Abu Hurairah, Rasulullah SAW pernah bersabda, “Tidaklah orang yang meniti jalan untuk menuntut ilmu kecuali Allah akan memudahkan jalannya menuju surga, sedangkan orang yang memperlambat dalam mengamalkannya maka tidak akan cepat mendapatkan nasabnya (keberuntungan).” (Shahih Muslim)
Berikut beberapa fadilah atau keutamaan bagi majelis ilmu dan orang - orang yang mencari ilmu.
1. Mendapatkan ketenangan, rahmat dan dimuliakan para Malaikat
Nabi Muhammad SAW pernah menyebut bahwa orang - orang yang mempelajari Al - Qur’an di masjid akan dijaminkan pada dirinya ketenangan, rahmat, dan pemuliaan dari Malaikat. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِينَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَه
“Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah dari rumah - rumah Allah (masjid) membaca Kitabullah dan saling mempelajarinya, melainkan akan turun kepada mereka sakinah (ketenangan), mereka akan dinaungi rahmat, mereka akan dilingkupi para malaikat dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi para makhluk yang dimuliakan di sisi-Nya” (HR. Muslim no. 2699).
Makna dari وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ “mereka akan dilingkupi para malaikat“, dijelaskan oleh Al Mula Ali Al Qari:
مَعْنَاهُ الْمَعُونَةُ وَتَيْسِيرُ الْمُؤْنَةِ بِالسَّعْيِ فِي طَلَبِهِ
“Maknanya mereka akan ditolong dan dimudahkan dalam upaya mereka menuntut ilmu” (Mirqatul Mafatih, 1/296).
2. Amalnya tercatat di 'Illiyyin
Jika seorang berangkat ke masjid berniat untuk salat kemudian setelah salat ternyata ada pengajian (majelis ilmu) di masjid tersebut hingga waktu salat selanjutnya maka ia terus dicatat amalan kebaikan yang ia lakukan di masjid, di ‘illiyyin.
Jadi semisal ada pengajian yang diadakan di antara waktu salat maghrib dan isya, jika seorang muslim mengikuti kajian tersebut hingga datangnya waktu salat isya, maka Allah berkenan mencatatkan pahala salat terus menerus hingga waktu isya.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
صلاةٌ في إثرِ صلاةٍ لا لغوَ بينَهما كتابٌ في علِّيِّينَ
“Seorang yang setelah selesai saalat (di masjid) kemudian menetap di sana hingga salat berikutnya, tanpa melakukan laghwun (kesia-siaan) di antara keduanya, akan dicatat amalan tersebut di ‘illiyyin” (HR. Abu Daud no. 1288, dihasankan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
'Illiyyin sendiri pernah dijelaskan oleh Syaikh Sulaiman bin Amir Ar Ruhaili hafizhahullah:
والكتاب في العلِّيِّينَ كتاب لا يكسر و يفتح إلى يوم القيامة محفوظ لا ينقص منه شيئ
“Catatan amal di ‘illiyyin adalah catatan amal yang tidak akan rusak dan tidak akan dibuka hingga hari kiamat, tersimpan awet, tidak akan terkurangi sedikit pun.”
Pahala - pahala salat yang tak sedikit ini tentu akan ditambahkan pula dengan pahala dan keutamaan orang yang menuntut ilmu di masjid yang mana jumlahnya akan menjadi berlipat ganda.
3. Dicatat sebagai orang yang salat hingga kembali ke rumah masing - masing
Seperti yang telah disampaikan sebelumnya bahwa pahala orang yang menghadiri majelis ta'lim di masjid akan dihitung pahalanya sebagai orang yang salat terus - menerus.
Aliran pahala ini baru akan berhenti ketika orang tersebut kembali ke rumahnya masing - masing.
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:
إذا تَوضَّأَ أحدُكُم في بيتِهِ ، ثمَّ أتَى المسجدَ ، كان في صلاةٍ حتَّى يرجعَ ، فلا يفعلْ هكَذا : و شبَّكَ بينَ أصابعِهِ
“Jika seseorang berwudhu di rumah, kemudian mendatangi masjid, maka ia terus dicatat sebagai orang yang shalat hingga ia kembali. Maka janganlah ia melakukan seperti ini.. (kemudian beliau mencontohkan tasybik dengan jari-jarinya)” (HR. Al Hakim no. 744, Ibnu Khuzaimah, no. 437, dishahihkan Al Albani dalam Irwaul Ghalil, 2/101).
Tasybik adalah menjalin jari-jemari.
4. Termasuk jihad fi sabilillah
Orang yang berangkat ke masjid untuk menuntut ilmu syar’i dianggap sebagai jihad fi sabilillah atau berjihad di jalan Allah. Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam pernah bersabda:
مَن دخَل مسجِدَنا هذا لِيتعلَّمَ خيرًا أو يُعلِّمَه كان كالمُجاهِدِ في سبيلِ اللهِ ومَن دخَله لغيرِ ذلكَ كان كالنَّاظرِ إلى ما ليس له
“Barangsiapa yang memasuki masjid kami ini (masjid Nabawi) untuk mempelajari kebaikan atau untuk mengajarinya, maka ia seperti mujahid fi sabilillah. Dan barangsiapa yang memasukinya bukan dengan tujuan tersebut, maka ia seperti orang yang sedang melihat sesuatu yang bukan miliknya” (HR. Ibnu Hibban no. 87, dihasankan Al Albani dalam Shahih Al Mawarid, 69).
5. Dimudahkan jalannya menuju surga
Orang yang keluar dari rumahnya menuju masjid untuk menuntut ilmu syar’i, maka ia sedang menempuh jalan menuntut ilmu. Baginda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menegaskan keutamaan bagi orang - orang yang menuntut ilmu:
مَن سلَك طريقًا يطلُبُ فيه عِلْمًا، سلَك اللهُ به طريقًا مِن طُرُقِ الجَنَّةِ
“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).
Belajar seharusnya menjadi aktivitas yang terus menerus dilakukan dan dijadikan budaya di diri sendiri maupun keluarga terdekat. Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA. pernah mengungkapkan tips mencari ilmu dengan mudah.
Beliau berkata, “Ingatlah, kamu tidak akan memperoleh ilmu pengetahuan kecuali dengan enam perkara yang akan kujelaskan semua kepadamu secara ringkas yaitu: kecerdasan, minat yang besar, kesabaran, bekal yang cukup, petunjuk guru, dan waktu yang lama.”
Semoga artikel singkat ini dapat meningkatkan semangat kita untuk terus menuntut ilmu baik ilmu dunia dan terutama ilmu - ilmu ukhrawi. Semoga kita semua bukan golongan orang - orang yang sombong dan malas mengikuti majelis ta'lim. (afr)